Transisi Vital Demografi
Transisi Vital
Tugas Individu
Transisi Vital
Kependudukan
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Sahat Silverius Sijabat
NIM. 7111141018
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri
Medan
2015
1.Pengertian Demografi
Pegertian
demografi sangat banyak menurut para ahli namun kali ini saya mengutip pendapat
ahli M. Hauser dan Duddly Ducan (1959)
menyatakan “demografi mempelajari jumlah
,pesebaran territorial,dan komposisi penduduk serta perubahan perubahannya dan
sebab sebabnya yang biasa timbul karena
natalitas ,mortalitas ,gerak territorial dan mobilitas social”.
2.Transisi Demografi
Kata transisi mempunyai arti
perubahan atau perpindahaan, sedang demografi yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu “demos” yang berarti penduduk dan “grafien” yang berarti tulisan, atau
dapat diartikan sebagai tulisan tentang kependudukan.
Transisi
demografi adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh para demografer terdahulu
untuk melakukan pendekatan atau melakukan analisis terhadap fenomena
pertumbuhan penduduk yang memang sangat menarik sekali untuk dikaji.
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor alami dan
faktor dari luar. Faktor alamiah terjadinya suatu perubahan jumlah penduduk
adalah kelahiran (fertilitas), dan kematian (mortalitas), sedagkan
faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah
faktor yang berasal dari luar seperti perpindahan penduduk (mobilitas),
pertumbuhan ekonomi, gaya hidup, bencana alam dan lain-lain. Dikatakan sebuah
hal yang menarik untuk dipelajari karena pertumbuhan penduduk memberikan suatu
pola tertentu yaitu dari awal tahun masehi sampai saat ini. Mungkin itu yang
menimbulkan suatu kegelisahan pada pikiran demografer-demografer pada masa lalu
untuk meneliti apakah yang menyebabkan perubahan karakteristik penduduk dari
waktu ke waktu. Transisi demografi meneliti apakah hal-hal yang
mempngaruhi fenomena pertumbuhan penduduk tersebut.
Yang
menarik adalah pola yang tidak linear pada pertumbuhan jumlah penduduk dunia.
Hingga pada akhirnya Malthus menyimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk itu
dianalogikan seperti deret ukur, sedangkan pertambahan bahan pangan berkembang
menurut deret hitung. Para ahli demografi pada awalnya memproyeksikan bahwa
pertumbuhan penduduk akan terjadi terus-menerus sehingga akan ada waktunya
ketika manusia jumlahnya akan mencapai tigkat puncak sehingga sudah tidak ada
ruang untuk bergerak lagi. Higga pada akhirnya disadari bahwa kesalahan dari
pandangan tersebut adalah mereka tidak memperkirakan adanya perkembangan
ekonomi modern yang bisa menanggulangi hal buruk tersebut terjadi.
Pendekatan
trasisi demografi terus dikembangkan oleh para demografer-demografer pada masa
itu. Beberapa dari mereka yang akan dibahas teorinya pada kesempatan penulisan
essay ini adalah Notestein (1945-1953), Blacker (1947), Coale (1976-1989),
Teitelbum (1975), dan Caldwell (1976). Masing-masing dari mereka melakukan
dengan pendekatan dan sudut pandang berbeda.
3.Teori
Transisi Demografi
- Teori Malthus.
Thomas Malthus merupakan orang pertama yang menulis
secara sistematis tentang bahaya dari pertumbuhan. Ia merupakan ahli politik
ekonomi Inggris. Pendapat Malthus dikenal dengan “naturalaw” atau hukum alamiah
yang mempengaruhi atauu menentukan pertumbuhann penduduk. Menurunya, penduduk
akan terus bertambah lebihh cepat dibanding dengan pertambahan bahan makan.
Kecuali terhambat oleh penyakit atau malapetaka
- Warren Thompson
Teori ini muncul sebagai dampak dari fenomena
pertumbuhan yang terus berlangsung hingga abad ke-20 hingga perang dunia
pertama, yang merupakan akibat dari revolusi industri, beberapa diantara
negara-negara itu seperti Perancis, Inggris dan Skandinavia menunjukkan bahwa
pertumbuhannya telah terhenti atau adanya gejala akan berhenti.
Teori hasil dari observasi Thompson dan kawan-kawan
pada 1929 ini diberi nama “hipotesis transisi demografi”, dan sekarang teori
yang telah diperbaiki ini dikenal dengan nama “theory of the demographic
transition” atau teori transisi demografi. Teorii ini menggambarkan empat
prooporsi yang saing berhubungan yang diinnyatakan menurut tahap-tahap sesuai
dengan pertumbuhan dan berubahnya keadaan penduduk..
Teori ini menggambarkan empat proporsi yang saling
berhubungan yang dinyatakan menurut tahap-tahap sesuai dengan pertumbuhan dan
berubahnya keadaan penduduk.
Tahap 1 : Jika Angka kematian tinggi sebanding
dengan angka kelahiran, menghasilkan angka pertumbuhan nol (zero)
Tahap 2 : Jika Angka kematian menurun tidak disertai
dengan penurunan angka kelahiran, maka akan menghasilkan angka pertumbuhan yang
positif dan meningkat terus
Tahap 3 : Jika Angka kematian terus menerus dan
disertai dengan menurunnya angka kelahiran, maka akan menghasilkan pertumbuhan
yang positif akan tetapi menurun.
Tahap 4 : Jika Angka kematian dan angka kelahiran
juga rendah, maka hasilnya adalah pertumbuhan yang semakin berkurang yang pada
akhir akan mencapai nol (zero)
- Teori Transisi Demografi Blacker
(1948)
Blacker membagi transisi demografi dalam 5 tahap :
1. Stationer
tinggi
Tingkat kelahiran yang tinggi, tingkat kematian yang
tinggi dan pertambahan alami yang nol. Contohnya : Eropa pada abad ke 14
2. Awal
perkembangan
Tingkat kelahiran yang tinggi, tingkat kematian
menurun dan pertambahan alami lambat. Contohnya : India sebelum tahun PD II
3. Akhir
perkembangan
Tingkat kelahiran menurun, tingkat kematian lebih
cepat dari pada tingkat kelahiran dan pertambahan alami cepat. Contohnya :India
setelah PD II
4. Stationer
rendah
Tingkat kelahiran yang rendah, tingkat kematian yang
rendah, dan pertambahan alami nol/ sangat rendah. Contohnya : Amerika Serikat
pada tahun 1930-an.
5. Menurun
Tingkat kelahiran yang rendah, tingkat kematian yang
lebih tinggi dari pada tingkat kelahiran, pertambahan alami negatif. Contohnya
; Perancis sebelum PD II.
- Transisi Demografi menurut Bogue
(1965)
Tahap transisi sebagai berikut :
1. Pratransisi
(Pre- Transitional)
Ditunjukkan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas
yang tinggi.
2. Tahap
Transisi (Transitional)
Ditunjukkan dengan tingkat fertilitas tinggi dan
tingkat mortalitas rendah.
3. Tahap
Pasca Transisi (Past Transitional)
Dinyatakan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas
sudah rendah.
Teori transisi demografi menggambarkan berubahnya
tingkat pertumbuhan penduduk dari tingkat yang tinggi menuju tingkat yang
rendah yang dapat dilihat melalui tiga tahapan.
1. Pada tahap
pertama, mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggii karena berada pada tingkat
kelahiran dan kematian yang tinggi, sehingga berlangsung lama. Tingginya
tingkat kematian saat itu dikarenakan belum ditemukanya obat-obatan untuk
menyembuhkan penyakit. Ppada saat ini tingkat kelahiran yang tinggi juga
disebabbkann oleh perseppsi masyarakat yang menganut paham banyak anak banyak
rejeki, selain itu juga belum ditemukanya alat kontrasepsi.
2. Pada tahap
kedua, masuk pada tahap dimana tingkat kematian sudah mulai turun, hal ini
disebabkan oleh ditemukanya “penicilin”. Namun tingkat kelahiran masih tetap
tingi sebagai akibat dari penemuan penicilin yang secara tidak langsung
membendung tingkat kematian yang tinggi/ menurunkann tingkat kematian
3. Pada tahap
ketiga, tingkat kelahiran sudah dapat dikendalikan, karena pada saat ini telah
ada sistem pengobatan yang baik, serta telah ditemukanya slat kontrasepsi. Pada
tahap ini di Indonesia sedang gencar-gencarnya program Keluarga Berencana.
Selain itu pada tahap ini juga telah ada campur tangan dari pemerintah dan
meningkatnya kesejahteraan keluarga dan pendidikan. Tingkat kematian dan
tingkat kelahiran sudah mulai dapat seimbang.
4. Konsep Transisi Demografi
Konsep
transisi demografi pada dasarnya meneliti tentang sebab mengapa hampir setiap
negara baik negara berkembang maupun negara maju sama-sama melewati fase yang
hampir sama yaitu:
1. Kelahiran
dan kematian tinggi
2. Kelahiran
masih tinggi, dan angka kematian turun
3. Angka
kematian dan angka kelahiran sama-sama turun dan mencapai pada angka yang
rendah, dan kemudian stabil.
Walaupu Blacker
mengajukan bahwa tahapan ini dibagi menjadi 5 tahap, tetapi pada dasarnya sama.
Sebelum
membahas tentang teori transisi demografi seperti di atas, dibahas dahulu
tentang sedikit sejarah tentang riwayatperkembangan jumlah penduduk di
duia dari masa ke masa. Pada awalnya, yaitu pada awal tahun masehi jumlah
penduduk di dunia diperkirakan sekitar 250 juta penduduk dengan angka
pertumbuhan penduduk hanya sekitar 0,04% per tahun. Kehidupan pada zaman ini
masih terbilang sangat sederhana. Belum tercipta dunia perindustrian dan pola
hidup juga masih sangat sederhana dilihat dari segi kesehatan, pendidikan,
ekonomi, sosial dan budaya. Angka kelahiran pada saat itu tinggi dibarengi
dengan tingginya angka kematian. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat rendah
ini bertahan hingga berabad-abad lamanya. Hingga terjadi revolusi industri yang
terjadi sekitar tahun 1750 yang menyebabkan lonjakan jumlah peduduk yang cukup
signifikan. Jumlah penduduk saat itu mencapai sekitar angka 790 juta jiwa
penduduk.
Pada
abad berikutnya dampak dari revolusi industri mulai terasa. Revolusi
industri tentu sangat berhubungan erat dengan kemajuan teknologi dalam berbagai
bidang yang mendukukung terjadinya perbaikan kualitas taraf hidup manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa melahirkan inovasi-inovasi
baru dalam sejarah hidup manusia. Pada abad 19 ditemukannya obat-obatan seperti
penicilin dan ditemukannya inovasi-inovasi dalam dunia kesehatan yang secara
simultan akan mempengaruhi angka kematian manusia pada waktu itu. Angka
kematian turun drastis tetapi tidak dibarengi dengan turunnya angka kelahiran
atau fertilitas. Akibatnya adalah terjadi lonjakan jumlah penduduk dunia yang
lebih signifikan pada waktu tersebut. Terlebih dengan berkembangnya sarana
transportasi yang awalnya hanya untuk keperluan dagang beralih fungsi menjadi
sarana transportasi untuk melakukan perpindahan penduduk dan untuk dilakukannya
distribusi barang-barang dari suatu penjuru dunia ke tempat lainya. Dunia
semakin maju, semakin terasa sempit dengan dibarengi dengan jumlah penduduk
dunia yang kian membanyak dari waktu ke waktu. Pada tahun 1900an jumlah
penduduk dunia sudah mencapai angka sekitar 1,7 milyar jiwa. Bukan hanya jumlah
penduduk yang meningkat secara terus menerus tetapi juga laju pertumbuhanya
juga terus meningkat. Jadi jika dilihat pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan
menyerupai deret ukur bukan deret hitung. Bukan hanya semakin bertambah, tetapi
juga semakin cepat bertambahnya. Dari 1,7 milyar, jumlah penduduk dunia
melonjak menjadi 2 milyar pada tahun 1930. Dengan semakin berkembangya
teknologi kesehatan, angka harapan hidup juga semakin bertambah baik. Itu
terbukti dengan meningkatnya jumlah penduduk tua yang masih hidup dibandingkan
dengan waktu sebelum ditemukannya teknologi kesehatan yang semakin membaik.
Jumlah penduduk dunia pada tahun 1950 naik lagi menjadi 2,5 milyar. Tetapi
peningkatan mutu pelayanan kesehatan tidak dibarengi dengan dipikirkannya
masalah kelahiran. Jadi angka kelahiran tetap saja tinggi dengan angka
kematianyang semakin turun. Akibat nyata dari hal tersebut adalah jumlah
penduduk yang semakin banyak.
Lonjakan
jumlah penduduk cukup berarti pada tahun 1999 yaitu menjadi 6 milyar.
Selang satu tahun saja yaitu pada tahun 2000 jumlah penduduk sudah bertambah
sebesar 55 juta jiwa. Higga saat ini penduduk dunia sudah sekitar 7
milyar jiwa. Upaya untuk menngotnrol atau menekan angka kelahiran sudah
dilakukan sejak beberapa puluh tahun lalu. Antara lain dengan program KB
yang dilakukan di Indonesia. Bukan hanya di Indonesia program semacam ini juga
dilakukan di berbagai negara lain. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain
dengan penggunaan alat kontrasepsi. Upaya lain adalah dengan berubahnya gaya
hidup orang yang semakin berubah ke arah modern, pada gaya hidup ini orang
lebih mementigkan karir ketimbang menikah dan memiliki anak. Sehingga banyak
pemuda-pemudi yang menikah pada usia lumaya tua. Biasanya hal seperti ini
terjadi di negara maju, sedangkan untuk negara berkembang atau negara miskin
masih banyak adat yang membuat mereka memiliki anak banyak. Itu mungkin
disebabkan karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang
memadaiuntuk ibu-ibu rumah tangga dan juga karena adanya paham bahwa jika
banyak anak maka semkin banyak kesempatan untuk menggantikan tenaga kerja orang
tuanya. Akibat dari hal-hal ini adalah berhasil ditekannya angka kelahiran. Hal
ini bisa disadari sebagai fenomena transisi demografi pada tahap kedua.
Objek
penelitian para demografer meneliti transisi demografi sama, yaitu
fenomena pertumbuhan penduduk dari masa ke masa. Beberapa demografer
adalah sebagai berikut
1. Notestein
(1945-1953)
Notestein berpendapat
bahwa walaupun faktor utama dari pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk, hanya kelahiran dan kematian yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Jadi konsep transisi demografi hanya
memandang pengaruh dari faktor alamiah kelahiran dan kematian. Fertilitas
yang tinggi diperlukan untuk mempertahankan keluarga. Transisi demografi
bergerak dari suatu kondisi stabil dengan laju pertumbuhan penduduk nok ke
kondisi stabil lainya, yaitu setelah melalui beberapa tahap.
2. Caldwell
(1976)
Caldwell berpendapat
bahwa tingginya kelahiran tidak berpengaruh pada kematian, tidak juga
berpegaruh pada adat istiadat, tetapi semata-mata karea pergeseran keutungan
ekonomi. Jadi yang mempengaruhi transisi demografi adalah karena pergeseran
sistem ekonomi yang berlaku, sebagai contoh karena sistem ekonomi menjadi
modern maka keinginan untuk memiliki anak banyak akan terkurangi dan lebih
memilih untuk konsenterasi pada karir pekerjaan. Hal itu dapat dilihat pada perbedaan
sistem keluarga di negara berkembang dan negara maju. Pada negara berkembang,
jumlah anak itu sedikit dan usia produktif banyak sedangakan pada negara
berkembang jumlah anak banyak dengan pelayanan kesehatan tidak sebaik negara
maju. Orang tua memperoleh keuntunungan ekonomis dari anak-anaknya dan
penurunan fertilitas hanya akan terjadi ketika aliran kekayaan dari anak ke
orang tua dibalik menjadi dari orang tua ke anak.
3. Blacker
(1947)
Blacker berpendapat
bahwa transisi demografi terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:
a. High
stationary
b. Early
expanding
c. Late
expanding
d. Low
stationary
e. Declining
4. Coale
(1976-1989)
Pendapat Coale adalah
perubahan spesifik terhadap perilaku reproduktivitas penduduk yang terjadi pada
tranformasi penduduk tradisional menjadi modern.
5. Teitelbum
Dia berpendapat bahwa
angka kematian menurun lebih cepat disaat angka kelahiran masih tetap tinggi.
Itu karena angka kematian lebih berhubungan erat dengan sosial ekonomi.
Berikut
dijelaskan transisi demografi yang dijelaskan oleh Blackeryang membagi transisi demografi menjadi 5
tahapan. Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut
1. Tahap
1 High stationary
Pada tahap ini angka
kelahiran dan kematian sangat tinggi. Hal yang menyebabkan adalah karen pola
hidup yang masih sederhana, belum ditemukannya obat-obatan dan alat-alat medis
yang canggih. Wabah penyakit tidak dapat kdikendalikan seperti angka kematian
dan kelahiran yang juga tidak terkendali tiap tahunya. Jadi pertumbuhan
penduduk lambat dikarenakan angka kematian hampir sama dengan angka kelahiran.
Contoh dari tahap ini adalah Eropa pada abad 14.
2. Tahap
2 Early Expanding
Jumlah penduduk naik
dengan pesat karena angka kelahiran masih saja tetap tinggi karena masih ada
pandangan bahwa semakin banyak anak maka akan semakin banyak keuntungan yang
didapat. Tingginya angka kelahiran dibarengi dengan dilaksanakannya revolusi
industri yang menemukan obat-obatan dan alat-alat medis yang sudah lebih
canggih sehingga berhasil menekan angka kematian. Pada awalnya, obat-obatan
seperti penicili diciptakan untuk keperluan perang, tetapi selanjutnya
dikonsumsi untuk umum. Dengan ditemukanya obat-obatan modern, dan pelayanan
kesehatan yang lebih baik, maka angka harapan hidup pun meningkat. Hasilnya,
jumlah penduduk dunia naik pesat. Contoh pada tahap ini adalah India sebelum
perang dunia 2, dan Indonesia pada tahun 1980an angka pertumbuhan sebesar 2,32%
per tahun.
3. Tahap
3 Late Expanding
Pada tahap ini angka
kelahiran sudah berhasil ditekan dengan ditemukannya alat kontrasepsi yang
berhasil menekan angka kelahiran. Sementara itu, angka kematian menunjukkan
penurunan yang lebih signifikan dikarenakan pelayanan medis sudah lebih bagus
dan sistem ekonomi juga menunjukkan kondisi yang lebih baik. Dengan demikian
gaya hidup manusia juga sedikit berubah menjadi manusia modern. Industri
membaik dan banyak tenaga kerja terserap, sehingga angka kelahiran berhasil
ditekan. Contoh dari tahap ini adalah India sesudah perang dunia 2.
4. Tahap
4 Low Stationary
Angka kelahiran
semakin bisa ditekan hasilnya angka kelahiran pada tahap ini berada pada angka
yang rendah. Begitu juga dengan angka kematian yang sudah lebih dahulu berhasil
ditekan sebelumnya. Selisih antara keduanya tidak begitu jauh yaitu pada angka
yang relativ rendah. Contoh : Australia, Selandia Baru, Amerika pada
tahun 1930.
5. Tahap
5 Declining
Pada tahap ini terjadi
kebalikan yaitu angka kematian malah lebih tinggi daripada angka kelahiran. Hal
ini bisa terjadi karena semakin berhasil ditekannya angka kelahiran dengan alat
kontrasepsi ataupun karena gaya hidup masyarakat terkait memang sudah berubah.
Contoh Jerman tahun 1975.
Transisi
demografi sebenarnya menganalisis dan kemudian mengeneralisir gejala-gejala
yang terjadi pada pertumbuhan penduduk masyarakat dunia per wilayah mereka
tinggal, walaupu pada akhirnya juga ditemukan bahwa sebenanya tidak tepat juga
teori itu digeneralisir di detiap wilayah. Ada wilayah atau negara atau suatu
peradaban yang jika dikatakan itu melenceng dari teori yang telah dikemukakan.
Pada umumnya teori transisi demografi menjelaskan perubahan kehidupan
masyarakat dari agraris menjadi industrial. Tetapi pada kenyataanya ada negara
yang sudah bisa menekan angka kelahiran walaupun proses industrialisasi masih
dalam proses awal. Fenomena ini dapat ditemui di negara-negara di Eropa timur
yang masih menjalankan sistem agraris. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa
tidak hanya proses menuju industrialisasi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
tetapi juga kesamaan budaya dan kultur bahasa. Negara-negara di Eropa Timur
dekat sekali dengan negara-negara Eropa yang sudah lebih awal beralih ke
industri sebagai sektor utamanya dan sudah berhasil menekan angka kelahiran.
Faktor
lain yang menyebabkan teori transisi demografi tidak dapat digeneralisir secara
global adalah bahwa pembangunan dan kesejahteraan masing-masing wilayah itu
berbeda. Itu menyebabkan kebudayaan dan proses sosialisasi atau gaya hidup
berbeda. Contohnya saja pada negara berkembang atau negara miskin masih
menganut banyak anak banyak rejeki, dan pada saat yang sama pada negara maju
gaya hidup sudah lebih maju.
Proses
transisi demografi juga tidak menunjukkan kecepatan yang sama antara negara
maju dan negara berkembang. Di inggris proses transisi demografi memerlukan
waktu antara 200 tahun, sedangkan di Indonesia hanya perlu waktu sekitar 30
tahun.
Pada
intiya teori transisi demografi dapat digeneralisir di setiap negara itu tidak
benar tetapi kenyataan bahwa setiap negara melalui tahapan-tahapan transisi
demografi itu benar adanya, tetapi dengan keadaan dan kondisi yang berbeda
sesuai adat, budaya, dan keadaan negara tersebut.
Transisi
demografi yang terjadi di Indonesia terjadi sama seperti pada teori yang
disepakati. Hanya saja pada tahap tertentu ada sedikit perbedaan dalam proses
pertumbuhan penduduknya. Mungkin Indonesia juga termasuk yang tadi disebutkan
sebagai Negara dengan proses transisi demografi berbeda, yaitu Indonesia mengalami
penurunan angka kelahiran sebelum Indonesia menjalani proses industrialisasi.
Seperti kita tahu Indonesia adalah Negara agraris jadi sampai saat ini
Indonesia masih menjadi Negara agraris. Penurunan angka kelahiran Indonesia
dilakukan dengan cara menjalankan program KB atau keluarga berencana. Dalam
menjalankan program KB digalakkan juga pemakaian alat kontrasepsi sehingga
angka kelahiran bisa ditekan. Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk
terbesar ke empat di dunia. Dengan luas wilayah yang seperti ini, semakin
terlihat jelas bahwa Indonesia adalah masih menjadi Negara berkembang. Biasanya
cirri-ciri Negara berkembang adalah memiliki penduduk yang masih mempunyai anak
banyak. Seperti kita tahu, masyarakat jawa pada beberapa generasi lalu adalah
masyarakat dengan jumlah anak yang bisa dibilang banyak. Jumlah anak 10 atau
lebih itu menjadi lumrah. Itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih
belum mempunyai kebudayaan atau gaya hidup sebagai masyarakat modern. Jadi
menurut saya Indonesia masih menjalani proses menuju kondisi yang stabil sesuai
alur yang disepakati di teori transisi domografi. Semakin berkembangnya jaman
kebiasaan memiliki anak banyak juga sudah mulai ditinggalkan, proses
industrialisasi sudah semakin membaik, dan angka kelahiran sudah cukup berhasil
ditekan. Tidak khayal, beberapa waktu yang akan datang Indonesia akan mencapai
keadaan yang stabil dan menyelesaikan transisi demografi.
Beberapa
hal yang menghalangi Indonesia dalam menyelesaikan trasnsisi demografinya
adalah sebagai berikut:
1. Tidak
meratanya pembangunan di Indonesia sehingga jurang pemisah semakin jelas.
Seperti kita tahu, di Indonesia masih ada masyarakat primitive dengan gaya
hidup yang masih sangat sederhana, sedangakan di sisi lain pembangunan dan proses
industrialisasi terus berkembang.
2. Pendidikan
Indonesia masih perlu ditngkatkan dan diratakan. Salah satu faktor penentu
pertumbuhan penduduk adalah pendidikan wanita. Pendidikan masyarakat yang
tinggi juga akan merangsang pemikiran masyarakat untuk mempunyai gaya hidup
modern.
3. Indonesia
adalah Negara agraris. Mungkin ini salah satu penyebab sulitnya Indonesia
berubah menjadi Negara industri karena sebagian masyarakat Indonesia adalah
petani.
5.Transisi Vital
Transisi vital adalah perubahan-perubahan
tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
mobilitas penduduk.
Tahapan
transisi vital (Bogue, 1969):
1. tahapan pratransisi
(pre transitional), dari A hingga B dengan cirri-ciri tingkat kelahiran dan
kematian sama.
2. Transisi
(transitional), dari B ke E, dicirikan dengan penurunan tingkat kelahiran dan
tinkat kematian
3. Pasca transisi (post
transitional), dari E ke F, dicirikan oleh tingkat kematian rendah dan tingkat
kelahiran sedang.
TRANSISI VITAL DAN
TRANSISI MOBILITAS PENDUDUK
TRANSISI VITAL
|
TRANSISI MOBILITAS PENDUDUK
|
MASYARAKAT MAJU
|
|
FASE D
FERTILITAS MENURUN MORTALITAS=STABIL pertumbuhan penduduk mendekati nol (0) |
FASE IV
MIGRASI DESA-KOTA=MENINGKAT terjadi arus tenaga kerja tidak terlatih dari desa mobilitas sirkuler tenaga kerja terampil dan professional meningkat dalam berbagai variasi |
MASYARAKAT SANGAT MAJU
|
|
FASE E
perilaku fertilitas tidak dapat di prediksi= karena kelahiran dapat dikontrol oleh individu maupun lembaga sosial |
FASE V
Mobilitas turun= sarana komunikasi sempurna mobilitas sirkuler meningkat=akibat kemampuan telekomunikasi dan informasi bentuk-bentuk mobilitas sirkuler variatif |
Angka Fertilitas Total menurut
Provinsi 1971, 1980, 1985, 1990, 1991, 1994, 1997, 1998, 1999, 2000, 2002,
2007, 2010 dan 2012
|
|||||||||||
Provinsi
|
1971
|
1980
|
1990
|
1991
|
1994
|
1997
|
2000
|
2002
|
2007
|
2010
|
2012
|
Aceh
|
6.27
|
5.24
|
4.37
|
3.76
|
3.30
|
2.81
|
2.44
|
-
|
3.10
|
2.79
|
2.80
|
Sumatera Utara
|
7.20
|
5.94
|
4.29
|
4.17
|
3.88
|
3.10
|
2.84
|
3.00
|
3.80
|
3.01
|
3.00
|
Sumatera Barat
|
6.18
|
5.76
|
3.89
|
3.60
|
3.19
|
3.06
|
2.95
|
3.20
|
3.40
|
2.91
|
2.80
|
Riau
|
5.94
|
5.44
|
4.09
|
-
|
3.10
|
2.77
|
2.45
|
3.20
|
2.70
|
2.82
|
2.90
|
Jambi
|
6.39
|
5.57
|
3.76
|
-
|
2.97
|
2.67
|
2.37
|
2.70
|
2.80
|
2.51
|
2.30
|
Sumatera Selatan
|
6.33
|
5.59
|
4.22
|
3.43
|
2.87
|
2.88
|
2.33
|
2.30
|
2.70
|
2.56
|
2.80
|
Bengkulu
|
6.72
|
6.20
|
3.97
|
-
|
3.45
|
2.68
|
2.49
|
3.00
|
2.40
|
2.51
|
2.20
|
Lampung
|
6.36
|
5.75
|
4.05
|
3.20
|
3.45
|
2.65
|
2.42
|
2.70
|
2.50
|
2.45
|
2.70
|
Bangka Belitung
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.60
|
2.53
|
2.40
|
2.50
|
2.54
|
2.60
|
Kepulauan Riau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.10
|
2.38
|
2.60
|
DKI Jakarta
|
5.18
|
3.99
|
2.33
|
2.14
|
1.90
|
1.63
|
1.66
|
2.20
|
2.10
|
1.82
|
2.30
|
Jawa Barat
|
6.34
|
5.07
|
3.47
|
3.00
|
3.17
|
2.51
|
2.28
|
2.80
|
2.60
|
2.43
|
2.50
|
Jawa Tengah
|
5.33
|
4.37
|
3.05
|
2.85
|
2.77
|
2.06
|
2.14
|
2.10
|
2.30
|
2.20
|
2.50
|
DI Yogyakarta
|
4.76
|
3.42
|
2.08
|
2.04
|
1.79
|
1.44
|
1.79
|
1.90
|
1.80
|
1.94
|
2.10
|
Jawa Timur
|
4.72
|
3.56
|
2.46
|
2.00
|
2.22
|
1.71
|
1.87
|
2.10
|
2.10
|
2.00
|
2.30
|
Banten
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.72
|
2.37
|
2.60
|
2.60
|
2.35
|
2.50
|
Bali
|
5.96
|
3.97
|
2.28
|
2.00
|
2.14
|
1.89
|
2.03
|
2.10
|
2.10
|
2.13
|
2.30
|
Nusa Tenggara Barat
|
6.66
|
6.49
|
4.98
|
3.82
|
3.64
|
2.92
|
2.69
|
2.40
|
2.80
|
2.59
|
2.80
|
Nusa Tenggara Timur
|
5.96
|
5.54
|
4.61
|
-
|
3.87
|
3.37
|
3.46
|
4.10
|
4.20
|
3.82
|
3.30
|
Kalimantan Barat
|
6.27
|
5.52
|
4.44
|
3.94
|
3.34
|
2.99
|
2.62
|
2.90
|
2.80
|
2.64
|
3.10
|
Kalimantan Tengah
|
6.83
|
5.87
|
4.03
|
-
|
2.31
|
2.74
|
2.21
|
3.20
|
3.00
|
2.56
|
2.80
|
Kalimantan Selatan
|
5.43
|
4.60
|
3.24
|
2.70
|
2.33
|
2.33
|
2.30
|
3.00
|
2.60
|
2.35
|
2.50
|
Kalimantan Timur
|
5.41
|
4.99
|
3.28
|
-
|
3.21
|
2.50
|
2.32
|
2.80
|
2.70
|
2.61
|
2.80
|
Sulawesi Utara
|
6.79
|
4.91
|
2.69
|
2.25
|
2.62
|
2.12
|
2.10
|
2.60
|
2.80
|
2.43
|
2.60
|
Sulawesi Tengah
|
6.53
|
5.90
|
3.85
|
-
|
3.08
|
2.75
|
2.81
|
3.20
|
3.30
|
2.94
|
3.20
|
Sulawesi Selatan
|
5.71
|
4.88
|
3.54
|
3.01
|
2.92
|
2.56
|
2.55
|
2.60
|
2.80
|
2.55
|
2.60
|
Sulawesi Tenggara
|
6.45
|
5.82
|
4.91
|
-
|
3.50
|
3.31
|
3.14
|
3.60
|
3.30
|
3.20
|
3.00
|
Gorontalo
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.70
|
2.63
|
2.80
|
2.60
|
2.76
|
2.60
|
Sulawesi Barat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.50
|
3.33
|
3.60
|
Maluku
|
6.89
|
6.16
|
4.59
|
-
|
3.70
|
3.39
|
3.29
|
-
|
3.90
|
3.56
|
3.20
|
Maluku Utara
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.17
|
3.04
|
-
|
3.20
|
3.35
|
3.10
|
Papua Barat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.40
|
3.18
|
3.70
|
Papua
|
7.20
|
5.35
|
4.70
|
-
|
3.15
|
3.28
|
2.38
|
-
|
2.90
|
2.87
|
3.70
|
INDONESIA
|
5.61
|
4.68
|
3.33
|
3.00
|
2.85
|
2.34
|
2.27
|
-
|
2.60
|
2.41
|
2.60
|
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000, 2010,
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991, 1994, 1997,
2002, 2007 dan 2012
|
Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980,
1990, 1995, 2000 dan 2010
|
||||||
|
||||||
Provinsi
|
Penduduk
|
|||||
1971
|
1980
|
1990
|
1995
|
2000
|
2010
|
|
Aceh
|
2008595
|
2611271
|
3416156
|
3847583
|
3930905
|
4494410
|
Sumatera Utara
|
6621831
|
8360894
|
10256027
|
11114667
|
11649655
|
12982204
|
Sumatera Barat
|
2793196
|
3406816
|
4000207
|
4323170
|
4248931
|
4846909
|
Riau
|
1641545
|
2168535
|
3303976
|
3900534
|
4957627
|
5538367
|
Jambi
|
1006084
|
1445994
|
2020568
|
2369959
|
2413846
|
3092265
|
Sumatera Selatan
|
3440573
|
4629801
|
6313074
|
7207545
|
6899675
|
7450394
|
Bengkulu
|
519316
|
768064
|
1179122
|
1409117
|
1567432
|
1715518
|
Lampung
|
2777008
|
4624785
|
6017573
|
6657759
|
6741439
|
7608405
|
Kepulauan Bangka Belitung
|
-
|
-
|
-
|
-
|
900197
|
1223296
|
Kepulauan Riau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1679163
|
DKI Jakarta
|
4579303
|
6503449
|
8259266
|
9112652
|
8389443
|
9607787
|
Jawa Barat
|
21623529
|
27453525
|
35384352
|
39206787
|
35729537
|
43053732
|
Jawa Tengah
|
21877136
|
25372889
|
28520643
|
29653266
|
31228940
|
32382657
|
DI Yogyakarta
|
2489360
|
2750813
|
2913054
|
2916779
|
3122268
|
3457491
|
Jawa Timur
|
25516999
|
29188852
|
32503991
|
33844002
|
34783640
|
37476757
|
Banten
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8098780
|
10632166
|
Bali
|
2120322
|
2469930
|
2777811
|
2895649
|
3151162
|
3890757
|
Nusa Tenggara Barat
|
2203465
|
2724664
|
3369649
|
3645713
|
4009261
|
4500212
|
Nusa Tenggara Timur
|
2295287
|
2737166
|
3268644
|
3577472
|
3952279
|
4683827
|
Kalimantan Barat
|
2019936
|
2486068
|
3229153
|
3635730
|
4034198
|
4395983
|
Kalimantan Tengah
|
701936
|
954353
|
1396486
|
1627453
|
1857000
|
2212089
|
Kalimantan Selatan
|
1699105
|
2064649
|
2597572
|
2893477
|
2985240
|
3626616
|
Kalimantan Timur
|
733797
|
1218016
|
1876663
|
2314183
|
2455120
|
3553143
|
Sulawesi Utara
|
1718543
|
2115384
|
2478119
|
2649093
|
2012098
|
2270596
|
Sulawesi Tengah
|
913662
|
1289635
|
1711327
|
1938071
|
2218435
|
2635009
|
Sulawesi Selatan
|
5180576
|
6062212
|
6981646
|
7558368
|
8059627
|
8034776
|
Sulawesi Tenggara
|
714120
|
942302
|
1349619
|
1586917
|
1821284
|
2232586
|
Gorontalo
|
-
|
-
|
-
|
-
|
835044
|
1040164
|
Sulawesi Barat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1158651
|
Maluku
|
1089565
|
1411006
|
1857790
|
2086516
|
1205539
|
1533506
|
Maluku Utara
|
-
|
-
|
-
|
-
|
785059
|
1038087
|
Papua Barat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
760422
|
Papua
|
923440
|
1173875
|
1648708
|
1942627
|
2220934
|
2833381
|
INDONESIA
|
119208229
|
147490298
|
179378946
|
194754808
|
206264595
|
237641326
|
Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna
Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
|
||||||
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000
dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
|
Referensi
Hutasuhut,S.2015. Diktat Ekonomi kependudukan.Unimed
Diktat Ekonomi kependudukan
Komentar
Posting Komentar