ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat
dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang
bersifat sementara (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap
(permanent).
1.
Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara
(temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang
mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak
dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementra tetapi
apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi
permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus,
yaitu pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak
ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus.
2.
Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen
adalah anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang
bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti
anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan perkembangan
kecerdasan dan kognisi, gangnguan gerak (motorik), gangguan
iteraksi-komunikasi, gannguan emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata lain
anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanent sama artinya dengan anak
penyandang kecacatan.
Macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus
Ada beberapa anak-anak special
needs yang ada dikalangan kita:
1. Tunanetra
Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan, dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu buta total (blind)
dan low vision. Tunanetra tidak berarti selalu tidak mampu melihat
secara keseluruhan. Mereka pun
memerlukan alat khusus yang dapat membantu penglihatan atau menggantikan fungsi
matanya. Contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul,
benda model dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder
dan peranti lunak JAWS.
2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran, baik permanen maupun tidak permanen. Alat untuk mengukur kemampuan
dengar secara kuantitatif disebut audiometric. Dari pemeriksaan menggunakan
audiometric dapat diperoleh klasifikasi kemampuan mendengar suara sesuai level
yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB).
3. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki tingakat
intelegensia. Istilah seperti cacat mental, bodoh, dungu, pandir, lemah pikiran
adalah sebutan yang terlebih dulu dikenal sebelum tunagrahita. Grahita sendiri
artinya adalah pikiran dan tuna adalah kerugian. Klasifikasi tunagrahita
berdasarkan :
a. Tunagrahita ringan
(IQ : 51-70)
b. Tunagrahita sedang ( IQ :
36-51)
c. Tunagrahita berat (
IQ : 20-35)
d. Tunagrahita sangat berat (
IQ dibawah 20 )
4. Autisme
Autisme yaitu penarikan diri yang ekstrem dari lingkungan
sosialnya, gangguan dalam berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan
berulang yang muncul sebelum usia 3 tahun.
5. ADHD, Gangguan Atensi dan Hiperaktif,
Bukan Nakal Biasa
Attention Defisit and Hyperactive
Disorder. Gangguan
Hiperaktif dan Minimnya Rentang Perhatian. Attention Defisit and Hyperactive
Disorder merupakan kondisi kronis yang terus berlangsung sampai seseorang
dewasa. Yang menjadi gejala utamanya adalah ketidakmampuan berkonsentrasi atau
memperhatikan sebuah objek pada rentang waktu minimal dan juga hiperaktivitas
disertai impusifitas dalam perilaku sehari-hari.
8. Tunawicara
Tunawicara adalah kondisi khusus yang justru laku dijual
sebagai komoditas hiburan. Setiap gangguan bicara yang dialami seseorang daan
berpotensi menghambat komunikasi verbal yang efektif disebut tunawicara.
9. Tunaganda
Seseorang yang memiliki kerusakan, kekhususan dan
ketidakmampuan dalam beberapa hal sekaligus. Penyebab seseorang menjadi tunaganda
dapat disebabkan trauma pada otak, luka waktu lahir (kelahiran sukar),
hydrocephalus, penyakit infeksi, misalnya TBC, cacar, meningitis, dan faktor
keturunan antara lain kerusakan pada benih plasma, dan hasil perkawinan dari
ayah dan ibu yang rendah intelegensi dapat diturunkan pada anak.
10.
Kesulitan Belajar
Anak-anak berkebutuhan khusus yang termasuk dalam kategori
ini sebenarnya tidak mengalami permasalahan dengan daya inteligensia hanya saja
diperlukan strategi belajar tersendiri yang dapat mengakomodir potensi mereka
yang terhambat karena gangguan-gangguan motorik, persepsi- motorik, gangguan
koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang serta keterlambatan konsep.
Komentar
Posting Komentar