Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam Analisis Sistem Ekonomi Campuran



Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 
Dalam Analisis Sistem Ekonomi Campuran

1.1    Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, masalah-masalah yang terjadi saat ini sangatlah kompleks. Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai macam masalah yang pastinya berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah perekonomian sudah tidak lazim di Indonesia salah satu contohnya adalah masalah ekonomi yaitu inflasi. Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi yang dihadapi setiap masyarakat. Kedua masalah tersebut mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial dan itu sangat membutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara Indonesia untuk menjadi Negara yang lebih maju.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi (inflation) adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) selama waktu tertentu. Dengan kata lain juga inflasi adalah suatu proses di mana menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses dari suatu perisitiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat suatu harga. Artinya, apabila tingkat harga tinggi itu belum pasti menunjukkan inflasi. Jika terjadi proses kenaikan harga yang berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi berarti terjadi inflasi.
Menurut Boediono (2001:35) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan indicator untuk melihat keberhasilan  pembangunan dan merupakan syarat keharusan bagi penurunan pengangguran.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari penulisan ini adalah:
  1. Bagaimanakah pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dalam analisis sistem ekonomi campuran?


 1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan dari penulisan ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia dalam analisis sistem ekonomi campuran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1    Teori Inflasi
Menurut Mankiw (2003) hubungan inflasi dengan jumlah uang yang beredar tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangka panjang.
Menurut McConnell (2004:214) inflation is a rising general level of prices and is measured as a percentage change in aprice index such as the CPI. Sedangkan Schiller (2000:130) berpendapat bahwa inflation is an increase in the avarege level prices of goods and services.
Menurut Judisseno (2005:16) inflasi adalah suatu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu keccenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum yang berarti terjadinya penurunan nilai mata uang.
Menurut Sadono Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga –harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Sedangkan tingkat inflasi adalah persentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tah un sebelumnya.
Jenis-Jenis Inflasi
Seperti yang kita ketahui, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari defenisi ini, ada tiga komponen yang menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi, yaitu :
  1. Kenaikan Harga
  2. Bersifat Umum
  3. Berlangsung Secara Terus-Menerus

1)      Kenaikan Harga
Maksud dari kenaikan harga adalah bahwa harga suatu barang saat ini lebih mahal dari harga sebelumnya. Contohnya harga BBM minggu lalu sebesar Rp 35,00/ltr, sedangkan minggu ini harga BBM naik menjadi Rp 45,00/ltr.
2)      Bersifat Umum
Dikatakan bersifat umum karena kenaikan harga suatu barang tertentu diiikuti oleh kenaikan harga-harga lainnya. Misalnya jika harga BBM naik, maka kenaikan harga tersebut akan diikuti oleh naiknya harga barang lainnya.jadi  harga suatu barang itu sangat mempengaruhi.
3)      Berlangsung Secara Terus-Menerus
Naiknya harga suatu barang tidak bisa dikatakan inflasi jika harga barang tersebut hanya terjadi sesaat. Penghitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Jika terjadi dalam waktu satu bulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus.
Berdasarkan jenisnya inflasi dibagi menjadi empat, yaitu:
  1. Inflasi Ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun.
  2. Inflasi Sedang, antara 10% sampai 30% / tahun.
  3. Inflasi Berat, antara 30% sampai 100% /tahun.
  4. Hiperinflasi atau inflai sangat Berat, terjadi apabila lebih dari 100% /tahun.

Inflasi ringan: inflasi ini masih dapat dikendalikan karena harga-harga masih naik secara umum, dan belum mengakibatkan krisis dibidang ekonomi.
Inflasi sedang: belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang tetap.
Inflasi berat: pada kondisi ini orang cenderung menyimpan barang. Ini menyebabkan seseorang tidak mau untuk menabung karena bunga bank lebih rendah dari laju tingkat inflasi.
Hiperinflasi: inflasi ini menyebabkan kondisi perekonomian susah dikendalikan walaupun telah dilakukan tindakan moneter dan tindakan fiscal.
secara garis besar dalam ilmu ekonomi ada beberapa teori yang menjelaskan tentang inflasi, masing-masing teori ini menyatakan aspek-aspek tertentu dari proses inflasi (Boediono, 2001). Teori tersebut adalah :
  1. Teori Kuantitas
Dengan kata lain teori ini disebut sebagai model kaum moneteris (monetaris models) karena telah disempurnakan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago. Teori ini sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi bagi negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menekankan peranan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat tentang kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.
P.T=M.V
Dimana :
P              =Tingkat Harga
M             = Jumlah Uang Yang Beredar (Penawaran Uang)
V             = kecepatan Perputaran Uang
T             = Volume Transaksi
Seluruh transaksi penjualan sama dengan nilai seluruh pembelian. Nilai transaksi di kalikan dengan harga, sedangkan nilai transaksi pembelian sama dengan jumlah uang yang beredar dikalikan dengan kecepatan rata-rata perputaran uang.
Inti dari teori ini menurut sebagai berikut :
  1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan jumlah uang yang beredar (uang kartal atau penambahan uang giral).
  2. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan harapan masyrakat mengenai kenaikan harga di masa akan datang.
Meskipun teori ini dianggap berguna dalam menerangkan ptoses inflasi, namun teori ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
  1. Perubahan jumlah yang beredar tidak secara langsung akan menaikkan penggunaan uang.
  2. Kecepatan laju peredaran uang tidak bersifat stabil dalam masyarakat modern.
2.  Teori Keynes
Menurut Keynes, campur tangan pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi masalah perekonomian. Pada tingkat makro, pemerintah harus aktif dalam mengendalikan perekonomian ke arah posisi full employment. Full employment merupakan sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan tindakan yang terencana, dan bukan sesuatu yang akan datang secara otomatis.
Dalam teori Keynes menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomi mereka. Artinya permintaan total masyarakat terhadap barang-barang melebihi kemampuan berproduksi masyarakat akibatnya akan terjadi inflationary gap.
Menurut Keynes, kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total. Karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kualitas uang tetap atau konstan. Jika uang yang beredar bertambah maka harga akan naik. Dengan naiknya harga,  permintaan uang untuk transaksi juga akan ikut bertambah sehingga suku bunga juga ikut naik. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan unuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.
Analisa Keynes tentang inflasi permintaan yang dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap: inflasi permintaan adalah yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, prograaam investasi yang besar-besaran dalam capital sosial. Jika dirumuskan menjadi:
    Inflasi = (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi).
3. Teori Strukturalis
Menurut Adwin, study mengenai inflasi di Negara-negara berkembang menunujukkan bahwa inflasi bukan merupakan fenomena moneter, tetapi merupakan fenomena structural atau cost push inflation. Fenomena yang dimaksud adalah fenomena structural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala structural dalam perekonomian di Negara berkembang, sering disebut juga structural bottlenecks. Structural bottleneck terjadi dalam tiga hal, yaitu:
  1. Supply dari sector pertanian (pangan) tidak elastic. Ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan di sector pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga sector pertanian domestic tidak mampu pertumbuhan permintaannya.
  2. Cadangan valuta asing yang terbatas akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Akibat dari keterbatasan ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang bahan baku maupun barang modal yang sangat diperlukan untuk pembangunan sektor industry  menjadi terbatas.
  3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sector penerimaan rutin yang terbatas, sehingga tidak cukup untuk membiayai pembangunan, dan sebagai akibatnya timbul defisit anggaran belanja. Akibat dari keterbatasan ini pemerintah memerlukan pinjaman dari luar negeri.
Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di Negara-negara berkembang adalah akibat inflasi dari luar negeri. Hal ini disebabkan antara lain oleh harga barang-barang import yang meningkat di daerah asalnya.
Menurut kesimpulan dari penelitian M.N. Dala dan G. Shachter (1988), bila kontribusi impor terhadap pembentukan output domestic besar, maka kenaikan harga barang akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh barang impor terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga barangimpor tersebut dalam inflasi domestik.
Sedangkan menurut Nugroho, dalam teori ini ada dua factor utama yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu:
Pertama, ketidakelatisan penerima ekspor. Hal ini disebabkan dua factor utama yaitu: jenis barang ekspor yang kurang responsive terhadap kenaikan harga dan nilai tukar barang ekspor yang semakin memburuk
Kedua, ketidakelastisan produksi bahan makanan dalam negeri. Dalam hal ini laju pertumbuhan bahan makanan didalam negeri tidak secepat pertumbuhan penduduk dan laju pendapatan perkapita. Akibatnya terjadi kenaikan harga barang lainnya. Kenaikan harga ini mengakibatkan tuntutan kenaikan ongkos produksi.
4.  Mark-up Modle
Menurut Adwin, dasar pemikiran model teori ini ditentukan oleh dua kompenen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua kompenen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Price = Cost + Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dijabarkan menjadi :
Price = cost + (α% x Cost )
Apabila terjadi kenaikan harga pada kompenen-kompenen yang menyusun cost of production atau penaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga pada harga jual komiditi di pasar.
2.2    Teori Pertumbuhan Perekonomian
Menurut Arsyad: 1992, teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai factor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang, mengenai bagaimana factor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biayanya diukur dengan menggunakan data produk domestic bruto(PDB) atau pendapatan output per kapita. Produk domestic bruto (PDB) adalah total nilai pasar dari barang-barang akhir dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan nasionala rill pada tahum sebelumnya (Nanga, 2001).
2.3    Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Suatu Negara
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merujuk kepada perkembangan kegiatan perekonomian suatu negara yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan.
Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan ekonomi secara fisik yang terjadi di suatu negara, seperti pertambahan jumlah dan produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, jalan, perkembangan barang manufaktur, dan sebagainya.


BAB III
PEMBAHASAN
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan laju inflasi di indonesia
Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan standar hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat.
Tabel 3.0 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selama  2001-2010
Tahun
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
2001
3,64
2002
4,50
2003
4,78
2004
5.03
2005
5,69
2006
5,50
2007
6,35
2008
6,01
2009
4,58
2010
6,10
       Sumber: Badan Pusat Statistik
Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun   1996-2010
 Tahun
Tingkat Inflasi (%)
1996
6,47
1997
11,05
1998
77,63
1999
2,01
2000
9,35
2001
12,55
2002
10,03
2003
5,06
Tahun
Tingkat Inflasi (%)
2004
3,69
2005
17,11
2006
6,60
2007
6,59
2008
11,06
2009
2,78
2010
6,96
    Sumber: Badan Pusat Statistik

Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pada prinsipnya tidak semua inflasi berdampak negatif pada perekonomian. Terutama jika terjadi inflasi ringan yaitu inflasi di bawah sepuluh persen. Inflasi ringan justru dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena inflasi mampu memberi semangat pada pengusaha, untuk lebih meningkatkan produksinya. Pengusaha bersemangat memperluas produksinya, karena dengan kenaikan harga yang terjadi para pengusaha mendapat lebih banyak keuntungan. Selain itu, peningkatan produksi memberi dampak positif lain, yaitu tersedianya lapangan kerja baru. Inflasi akan berdampak negatif jika nilainya melebihi sepuluh persen.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
  • Dari defenisi iflasi , ada tiga komponen yang menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi, yaitu :
    1. Kenaikan Harga
    2. Bersifat Umum
    3. Dan berlangsung secara terus-menerus
  • Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi negative sebesar 13,11% pada masa krisis moneter tahun 1998.
  • Laju inflasi harus di hentikan karena dengan semakin tingginya inflasi maka akan mudah menciptakan pengangguran dan tingkat pengangguran semakin meningkat.


DAFTAR PUSTAKA

Endri. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi DI Indonesia . jurnal Ekonomi   Pembangunan.
Kranti, Perdana. 2012. Analisis Kaulsalitas Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi dan Pengangguran Tahun 2006-2010.
Wisda, Primawan. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia Periode 2000-2011. Semarang.
S. Admadja, Adwin. 1999. Inflasi Di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 1, No. 1.
Utomo , Fajar Wahyu. 2013. Pengaruh Inflasi Dan Upah Terhadap Pengangguran Diindonesia Periode 1980-2010. Jurnal Ilmiah, vol.2, No.2
Sofyan efrizal , hasdi Aimon, Zulhanafi. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dan Tingkat Pengangguran. Jurnal Kajian Ekonomi, vol.11, No. 3.
Nugroho ,heru. 2008. Analisi Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan JUmlah Uang Yang Beredar Terhadap Indeks LQ45 Periode 2002-2007. Tesis.
Dian Saraswati, Borgitta. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia: Model Demand Full Inflatation. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, vol.6, No. 2.
Styowati, Endang. 2011. Model Dinamis Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, vol.5, No.3.
Achma H, Sis Putro Akbar. 2013. Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Upah Minimum Kota, Tingkat Inflasi dan Beban/ Tanggungan Penduduk Terhadap Pengangguran Terbuka DiKota Magelang Periode 1990-2010. Jurnal Ekonomi, vol.2, no. 3.
Gani, Angelwati. 2008. Pengangguran di Era Komputerasasi. Jurnal Bifo, vol.6, No, 2.







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Babtis (Tardidi) di Gereja HKBP

SEJARAH PEMIKIR EKONOMI KAUM NEOKLASIK