Contoh Proposal Penelitian PTK Ekonomi
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
OPTIMALISASI
PEMBELAJARAN EKONOMI
MELALUI METODE CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 SUMBUL
Disusun oleh:
SAHAT SILVERIUS SIJABAT
(7111141018)
PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Proses pembelajaran Ekonomi dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Namun kenyataan dilapangan menurut ibu guru Ekonomi Elvin
Tampubolon S.E dan bapak Ruji Girsang,S.Pd guru Ekonomi/Akuntansi di SMA Negeri
1 Sumbul seringkali hasil proses pembelajaran tidak sesuai dengan
harapan. Banyak siswa yang mengeluh terhadap materi ekonomi, sebagian siswa
menganggap materi sulit, sebagian menganggap ekonomi bukan pembelajaran
yang menyenangkan dan sebagian siswa merasa kesulitan dalam penerapan
materinya.
Dengan adanya kondisi di lapangan yang
terdapat kendala pada proses pembelajaran ekonomi, penulis ingin merubah
paradigma siswa dengan mengoptimalkan pembelajaran ekonomi melalui metode Contextual
Teaching And Learning (CTL) sehingga siswa mampu memahami sepenuhnya
pembelajaran ekonomi. Siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
paradigma siswa berubah, ekonomi menjadi mata pelajaran yang menyenangkan.
Era globalisasi saat ini semakin
beragam metode pembelajaran atau model-model pembelajaran dan media
pembelajaran yang sesuai dengan konteks pembelajaran. Dalam memperbaiki proses
pembelajaran diantaranya dapat digunakan metode CTL. Guru dalam pendekatan
kontekstual dituntut dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa. Meski dengan keterbatasan fasilitas di lingkungan
SMANegeri 1 Sumbul namun guru
tetap dituntut untuk dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Metode CTL
memungkinkan pembelajaran yang tenang dan menyenangkan karena pembelajaran
dapat dilakukan secara alamiah, sehingga siswa dapat mempraktekkan secara
langsung yang dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa memahami
hakekat, makna dan manfaat belajar sehingga memungkinkan siswa rajin dan
termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi
tersebut terwujud, ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan
dalam hidup dan bagaimana cara menggapainya. Hal ini senada dengan Mulyasa
(2003: 188) siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi
rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan
rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat atau siswa termotivasi untuk
belajar. Dengan menggunakan metode CTL di SMA Nur Hidayah diharapkan dapat
merubah proses pembelajaran ekonomi menjadi lebih optimal. Siswa menjadi
termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran sehingga hasil pembelajaran menjadi
lebih baik.
I.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka masalah yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana
mengoptimalkan pembelajaran ekonomi melalui metode CTL di SMA Negeri 1 Sumbul?
I.3 TUJUAN PENELITIAN
Memperhatikan rumusan masalah diatas
maka tujuan penelitian tindakan kelas ini secara khusus adalah untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari mata pelajaran ekonomi dengan
pengoptimalan metode CTL di
SMA Negeri 1 Sumbul.
I.4 HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
penulis membuat hipotesis adalah
diduga
pembelajaran ekonomi akan lebih optimal jika menggunakan metode CTL, khususnya
terhadap siswa kelas XI IPS
1 SMA Negeri 1 sumbul yang menjadi objek penelitian.
I.5 MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.
Bagi siswa,
dapat meningkatkan minat dalam mempelajari ekonomi, sehingga ekonomi menjadi
mata pelajaran yang menarik dan akhirnya ilmu ekonomi akan semakin berkembang.
2. Bagi peneliti,
dapat dijadikan sebagai pengalaman penelitian tindakan kelas dan untuk
meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukannya.
3. Bagi guru,
dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Juga merupakan upaya pengembangan kurikulum di tingkat
kelas, serta untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran.
4. Bagi sekolah,
dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan
proses pembelajaran yang efektif dan efesien dengan menerapkan CTL.
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup dan sasaran penelitian
ini adalah pengoptimalisasian pembelajaran ekonomi melalui metode CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) khusus kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sumbul
1.7 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional diperlukan untuk menghindari terjadinya
kesimpangsiuran atau supaya tidak terjadi penafsiran yang berbeda dalam
mengartikan istilah-istilah judul penulisan ini. Adapun istilah yang perlu
ditegaskan adalah sebagai berikut :
1. Optimalisasi Pembelajaran
Optimalisasi pembelajaran adalah proses atau cara
mengoptimalkan kegiatan siswa untuk belajar sedangkan guru berperan untuk
membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar atau membelajarkan siswa.
2. Metode CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL)
Metode CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sedikit
demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1
PEMBELAJARAN
Optimalisasi kegiatan belajar mengajar
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor metode atau teknik
mengajar guru. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
sehingga siswa tidak jenuh dalam kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengaitkan
materi yang terdapat dalam kurikulum dengan kondisi lingkungan atau sesuai
dengan dunia nyata sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna
atau memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan guru harus dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau
pembelajaran yang partisipatif. Peserta didik dibantu oleh pendidik dalam
melibatkan diri untuk mengembangkan atau memodifikasi kegiatan pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana
(2005 : 69) dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peserta didik dibantu oleh
pendidik melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Proses ini mencakup
kegiatan untuk menyiapkan fasilitas atau alat bantu pembelajaran, menerima
informasi tentang materi /bahan belajar dan prosedur pembelajaran, membahas
materi/bahan belajar dan melakukan saling tukar pengalaman dan pendapat dalam
membahas materi atau memecahkan masalah.
II.2 PENGERTIAN
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN
Menurut Tim Penyusun kamus bahasa
(1994:705) Optimalisasi merupakan proses, cara atau perbuatan mengoptimalkan.
Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik, paling tinggi atau paling
menguntungkan. Sedangkan Pembelajaran menurut Sudjana (2005:8) adalah setiap
upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan
kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan
ini terjadi interaksi edukatif antara pesera didik atau siswa dengan pendidik
atau guru. Jadi kegiatan pembelajaran ditandai adanya upaya disengaja,
terencana dan sistematik yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian optimalisasi proses
pembelajaran yaitu proses atau cara mengoptimalkan kegiatan siswa untuk belajar
sedangkan guru berperan untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar
atau membelajarkan siswa. Upaya guru dalam mengoptimalkan pembelajaran dapat
beragam penerapannya, antara lain berupa bantuan dorongan / motivasi dan
bimbingan belajar. Penerapannya tergantung pada situasi kegiatan belajar yang
akan atau sedang dilakukan. Namun arah yang ditempuh guru adalah agar siswa
aktif melakukan kegiatan belajar dan bukan sebaliknya guru yang lebih
mengutamakan kegiatan untuk mengajar. Jadi interaksi pembelajaran yang aktif
antara siswa dan guru adalah faktor penting dalam kegiatan pembelajaran.
II.3 PENGERTIAN
METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
Metode merupakan cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan. Metode
mengandung unsur prosedur yang disusun secara teratur dan logis serta
dituangkan dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Menurut Knowles
(1977:133) dalam Sudjana (2005:14) Metode adalah pengorganisasian peserta didik
di dalam upaya mencapai tujuan. Metode berkaitan dengan teknik yaitu
langkah-langkah yang ditempuh dalam metode untuk mengelola kegiatan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Abdul Madjid (2006 : 136 -137) metode dalam
pendidikan merupakan cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam upaya
memberikan pemahaman pada siswa. Metode yang dipergunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran dapat beragam, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi
menyeluruh terhadap prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar yaitu:
1. berpusat pada
siswa atau student oriented
2. belajar dengan
melakukan atau learning by doing
3. mengembangkan
kemampuan sosial atau learning to live together
4. mengembangkan keingintahuan
dan imajinasi
5. mengembangkan
kreativitas dan ketrampilan memecahkan masalah.
Pembelajaran Kontekstual atau dikenal
dengan istilah Contextual Teaching And Learning (CTL) menurut Mulyasa
(2006 : 102) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan
antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga
siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa akan merasakan pentingnya belajar dan akan memperoleh
makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sanjaya (2006 : 109) CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga
konsep dasar CTL yaitu :
1. CTL menekankan
pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung
2. CTL mendorong
agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidupan nyata artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata sehingga materi akan
bermakna dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak mudah terlupakan
3. CTL mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan artinya CTL bukan hanya mengharapkan
siswa dapat memahami materi yang dipelajari akan tetapi bagaimana materi itu
dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi pembelajaran kontekstual adalah
konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai
bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Dalam pembelajaran kontekstual tugas
guru adalah memberikan kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai
sarana dan sumber pembelajaran yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan
materi pembelajaran berupa hafalan tetapi mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan menunjang
pembelajaran kontekstual. Hal ini senada dengan Mulyasa (2006 :103)
mengemukakan : pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual;
1. belajar efektif
itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting
di depan kelas, siswa menonton, siswa aktif bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan
2. pembelajaran
harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.
Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
3. umpan balik
amat penting bagi siswa
4. menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Sementara itu menurut Nurhadi (2004:
148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual adalah:
1. real world
learning
2. mengutamakan
pengalaman nyata
3. berpikir
tingkat tinggi
4. berpusat pada
siswa
5. siswa aktif,
kritis dan kreatif
6. pengetahuan
bermakna dalam kehidupan;
7. pendidikan atau
education bukan pengajaran atau instruction
8. memecahkan
masalah
9. siswa akting,
guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton
10. hasil belajar di
ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
Dengan demikian pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling
menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing
dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran
dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat
dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang
dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
II.4 KOMPONEN UTAMA
ATAU ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Komponen utama pembelajaran yang
mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas adalah konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan
penilaian sebenarnya (authentic assesment). Kelas dapat dikatakan
menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan komponen-komponen tersebut
dalam pembelajarannya (Nurhadi, 2004 : 31-51).
Konstruktivisme adalah proses membangun
atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Bertanya adalah menggali
kemampuan, membangkitkan motivasi dan merangsang keingintahuan siswa.
Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai yang
dapat di tiru oleh siswa. Refleksi adalah proses mengendapkan pengalaman yang
telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui. Penilaian nyata adalah proses mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar siswa yang diarahkan pada proses belajar
bukan hasil belajar. (Sanjaya, 2006 : 118–122)
Dalam komponen konstruktivisme sebagai
filosofi dapat dikembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya. Dengan demikian siswa belajar sedikit demi
sedikit dari konteks terbatas, siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya.
Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna.
Komponen inkuiri sebagai strategi
belajar dapat dilaksanakan untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Siklus
yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan merumuskan teori baik
perorangan maupun kelompok. Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk
memahami konsep/fenomena. Dalam hal ini mengembangkan dan menggunakan ketrampilan
berpikir kritis.
Komponen bertanya sebagai keahlian
dasar yang dikembangkan, bertanya sebagai alat belajar mengembangkan sifat
ingin tahu siswa. Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa
untuk memperoleh informasi, digunakan untuk menilai kemampuan siswa berpikir
kritis dan melatih siswa untuk berpikir kritis.
Komponen masyarakat belajar sebagai
penciptaan lingkungan belajar yaitu menciptakan masyarakat belajar atau belajar
dalam kelompok-kelompok. Dalam hal ini berbicara dan berbagi pengalaman dengan
orang lain. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang
lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.
Komponen pemodelan, model sebagai acuan
pencapaian kompetensi yaitu menunjukkan model sebagai contoh pembelajaran
(benda-benda, guru, siswa lain, karya inovasi dll). Membahasakan gagasan yang
dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana menginginkan siswa untuk belajar, dan
melakukan apa yang diinginkan agar siswa melakukannya.
Komponen refleksi sebagai langkah akhir
dari belajar yaitu melakukan refleksi di akhir pertemuan agar siswa merasa
bahwa hari ini mereka belajar sesuatu. Dalam hal ini refleksi berarti cara-cara
berpikir tentang apa yang telah dipelajari. Menelaah dan merespon terhadap
kejadian, aktivitas dan pengalaman. Mencatat apa yang telah dipelajari dan
merasakan ide-ide baru.
Komponen penilaian sebenarnya adalah
melakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber dan dengan berbagai
cara. Dalam hal ini mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa. Mempersyaratkan
penerapan pengetahuan atau pengalaman. Tugas-tugas yang kontekstual dan
relevan. Proses dan produk kedua-duanya dapat diukur. Jadi dalam pembelajaran
kontekstual berarti melaksanakan komponen-komponen atau aspek-aspek
pembelajaran kontekstual, dalam hal ini guru memegang peranan penting dalam
menciptakan pembelajaran yang menggairahkan atau menyenangkan sehingga guru
harus kreatif memilih metode pembelajaran yang efektif dalam menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila
mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif, baik fisik, mental, maupun
sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil guru dikatakan
berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku sebagian besar
siswa kearah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif sedangkan jenis penelitian termasuk Penelitian Tindakan Kelas.
III.1 SETTING PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sumbul . Alamat
sekolah di Jalan
SM.Raja Atas No 136. berkolaborasi
dengan dua orang guru mata pelajaran ekonomi. Subyek penelitian yang di ambil
adalah kelas XI IPS 1 . Waktu
pelaksanaan semester 1 tahun pelajaran 2013 / 2014. Kelas XI IPS 1
berjumlah 40 siswa,
laki-laki 16 dan perempuan
14 siswa. Dengan
karakteristik siswa yang lebih menyukai proses pembelajaran dengan metode
bervariasi, tidak hanya di dalam ruangan kelas saja. Siswa cepat merasa jenuh
jika harus terus memperhatikan ceramah guru, siswa lebih senang proses
pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk eksistensi diri melihat
tampilan teman-temannya. Namun siswa yang aktif dalam diskusi hanya siswa tertentu
saja, sebagian besar masih kurang aktif dan kurang kreatif dalam belajar.
Latar belakang sosial-ekonomi siswa
mayoritas anak petani dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku
pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas, namun rata-rata mereka
memanfaatkan sarana perpustakaan sekolah yang cukup memadai. Kemampuan akademik
siswa masih terbatas karena motivasi belajar siswa yang rendah. Situasi kelas
saat pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai
keaktifan dalam belajar.
III.2 PERSIAPAN
PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini
menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan persiapan :
1. Pembuatan
lembar instrumen penelitian
2. Mempersiapkan
materi pembelajaran untuk tugas observasi dan diskusi.
3. Mempersiapkan
model pembelajaran dan media pembelajaran atau membuat Perencanaan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah dipahami siswa.
4. Mempersiapkan
dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.
5. Persiapan pre
test, post tes dan pembuatan perangkat penilaian.
6. Lembar
penilaian proses untuk memantau keaktifan, kemandirian, kompetensi, kelancaran
dan ketepatan.
7. Membuat lembar
observasi untuk memantau kegiatan proses pembelajaran dan untuk mengetahui
optimalisasi pembelajaran kontekstual.
III.3 SIKLUS
PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini
menggunakan tiga siklus. Menurut model classroom action research Kemmis
dan Tanggart, maka tahap awal atau siklus 1 yang kita lakukan adalah :
1. Perencanaan.
a. Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) atau scenario Pembelajaran dengan metode CTL agar
pembelajaran menarik.
b. Mempersiapkan media pembelajaran
sebagai model dalam pembelajaran dan lokasi pembelajaran yang sesuai dengan
materi pembelajaran.
c. Membuat lembar observasi atau instrumen
penelitian untuk memantau proses pembelajaran berbasis CTL.
d. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran atau penilaian proses
pembelajaran.
2. Pelaksanaan dan
Pengamatan (Action dan Observasi)
a. Pendahuluan
ü
Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran.
ü
Guru
menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
ü
Siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa. Tiap kelompok 5
siswa.
ü
Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan observasi atau pengamatan sesuai dengan materi yang
diterima dan guru juga dapat memberi lembar pengamatan.
ü
Melalui
observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan.
ü
Guru melakukan
tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa
b. Inti
ü
Di Lapangan
Ø
Siswa melakukan
observasi atau pengamatan sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
Ø
Siswa mencatat
hal-hal yang mereka temukan di lapangan sesuai dengan alat observasi yang telah
mereka tentukan sebelumnya.
ü Di dalam Kelas
Ø
Siswa
mendiskusikan hasil temuan sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan
mengmpulkan hasil diskusi.
Ø
Siswa melakukan
diskusi kelas dari hasil temuan di lapangan sesuai dengan materi yang
ditugaskan guru. Adanya presentasi secara bergantian di depan kelas tiap
kelompok.
Ø
Setiap kelompok
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
c. Penutup
ü
Guru dengan
siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu atau dengan
bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sesuai dengan indikator hasil
belajar
ü
Guru memberi
kesempatan siswa untuk mengungkapkan pengalaman belajar mereka.
3. Refleksi
Guru memberikan penilaian kelompok-kelompok siswa yang melakukan
diskusi dan presentasi. Selain itu guru menyimpulkan hasil analisa yang diamati
pada siklus pertama.
Dalam siklus pertama ini apabila masih kurang maksimal
maka akan dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus 2 dengan tetap menggunakan
metode CTL. Pelaksanaan siklus 2 tetap melalui tiga tahap yaitu perencanaan,
action/observasi dan refleksi. Jika hasil masih belum maksimal maka
dilaksanakan siklus 3 juga melalui tahap perencanaan, action/observasi dan
refleksi. Pada Penelitian ini kami membatasi 3 siklus saja.
III.4 PEMBUATAN
INSTRUMEN
Pengamatan yang dilakukan secara
kolaboratif yang melibatkan guru mata pelajaran yang sejenis sebagai pengamat
di kelas ini menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :
1. Lembar
pertanyaan atau wawancara
2. Lembar
Observasi dan Lembar Cek list
3. Lembar evaluasi
atau penilaian
III.5 ANALISIS DAN REFLEKSI
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah memanfaatkan analisa deskriptif dari proses dan hasil
belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil observasi dan wawancara. Analisis
berdasarkan siklus yang secara bertahap. Analisis 1 dalam siklus 1 yang
hasilnya direfleksikan ke siklus 2 begitu juga ke siklus 3. Sedangkan refleksi
yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Penelitian dengan
metode pembelajaran kontekstual ini, peneliti berharap siswa akan menjadi lebih
termotivasi dalam proses pembelajaran. Tindak lanjut dalam penelitian ini siswa
dapat menjadi lebih aktif dan pembelajaran kontekstual akan dilakukan secara kontinyu
oleh guru
III.6 JADWAL
PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan April 2014
Komentar
Posting Komentar