peran Bank Dunia TerhadapPerekonomian Indonesia



PERAN BANK DUNIA
TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA




D
I
S
U
S
U
N




OLEH
SAHAT SILVERIUS SIJABAT
(7111141018)
KELAS B REGULER
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012



KATA PENGANTAR.
Puji syukur saya Panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai juru slamat pribadi saya karena atas Rahmat dan KasihNyalah saya dapat menyelesaikan Tugas karya ilmiah saya ini dari Bapak dosen pengampu bapak Dionisius Sihombing, M.Si. dengan judul Peranan Bank Dunia  Terhadap Perekonomian Indonesia.
Semoga nanti Karya Ilmiah Saya Ini Dapat Bermanfaat Kepada Semua pihak terutama dunia pendidikan dan khusnya Mahasiswa pendidikan ekonomi Universitas Negeri Medan.Tidak Ada Gading Yang Tak Retak demikian juga penulis tidak terlepas dari kesalahan maupun kesilapan ,penulis mengharapkan Kritik dan Saran Yang membangun.akhir kata saya ucapkan terimakasih .


Penulis



Sahat Silverius Sijabat












Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
Bab 1.Pendahuluan..................................................................................................
            1.1.Latar Belakang........................................................................................
            1.2.Tujuan.....................................................................................................
Bab 2.Pembahasan....................................................................................................
            2.1. Sejarah Perkembangan Bank Dunia.......................................................
            2.2 .Peran Bank Dunia Terhadap Perekonomian Indonesia.........................
Bab 3.Kesimpulan.....................................................................................................
Daftar Pustaka...........................................................................................................














Bab 1
Pendahuluan

1.2.Latar Belakang
Berdasarkan catatan sejarah, Bank Dunia sendiri sebenarnya didirikan bersama-sama Dana Moneter Internasional (IMF) di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat pada tahun 1944. Tujuannya saat itu adalah menghindari terulangnya Great Depression akibat terjadinya perang dunia kedua. Dengan kata lain, awal pendiriannya ditujukan untuk ikut membangun stabilitas ekonomi global, terutama akibat peperangan ataupun bencana alam. Namun dalam perjalanannya, tujuan ini telah bergeser dan kini aktivitas Bank Dunia justru seringkali menimbulkan kontroversi.
Bagi Indonesia sendiri, pembangunan dalam negeri serta perekonomian dan perpolitikan nasional tidak dapat dipisahkan dari Bank Dunia. Sebagai contoh, kita tentu masih ingat beberapa waktu lalu polemik politik nasional seputar kasus “Century” diredam dengan terpilihnya Sri Mulyani sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia dengan gaji sebesar US$347.000 per tahun ditambah tunjangan pensiun sebesar US$52.752 dan tunjangan lain-lain sebesar US$76.698 (Susanto, 2010). Selain itu, jumlah pinjaman Bank Dunia kepada Indonesia juga cukup besar, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hingga tahun 1998 saja, nilai pinjaman Bank Dunia untuk Indonesia sudah menyentuh nilai 25,4 milliar dollar AS (Hutagalung, 2009). Dengan nilai pinjaman sebesar itu, bahkan lebih besar, tentu saja Bank Dunia dan kebijakan-kebijakannya menjadi bagian yang saling terikat erat dengan pembangunan Indonesia.
Hukum universal menyatakan bahwa setiap ada aksi, akan ada reaksi, setiap ada dukungan (pro), akan ada perlawanan (kontra). Hal itu pula yang terjadi terkait “bantuan” dana yang mengalir dari Bank Dunia untuk Indonesia. Oleh karena itu, tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan pandangan mengenai dampak positif dan negatif dari “bantuan” dana dari Bank Dunia, khususnya bagi Negara Indonesia. Selain karena topik ini menarik untuk dibahas, juga merupakan sesuatu yang penting bagi pembangunan dan kemajuan Indonesia ke depan, dengan atau tanpa campur tangan Bank Dunia.
1.2.Tujuan
Tujuan penyelesaian karya ilmiah ini adalah untuk melengkapi tugas dari bapak Dionisius sihombing,M,Si dan untuk mengetahui peran dari Bank Dunia terhadap perekonomian indonesia yang bergerak diberbagai infrastruktur negara indonesia yang kita cintai ini. Dan penaruhnnya terhadap  indonesia.


                                                                
Bab 2
Pembahasan
2.1.Sejarah Perkembangan Bank Dunia
Bank Dunia didirikan bersama-sama dengan didirikannya IMF pada 27 Desember 1944 di Britton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat. Bank Dunia dibentuk oleh dua negara promotor dan pendukung utama, yaitu Amerika Serikat dan Inggris. Tujuan awal didirikannya adalah untuk mencegah berulangnya peristiwa Great Depression sebagaimana pernah terjadi pada sekitar tahun 1930 (Hutagalung, 2009). Hal ini disebabkan perang dunia kedua yang melanda hampir seluruh belahan bumi sangat berpotensi meninggalkan puing-puing perekonomian yang luluh lantak di Eropa dan juga di sebagian besar negara-negara korban perang lainnya.
            karena pihak sekutu (yang saat itu sudah didukung oleh Amerika Serikat pascapengeboman Pearl Harbour oleh Jepang) merasa perang tidak akan berlangsung lama lagi ataupun karena alasan lain, tetapi yang jelas setahun setelah didirikannya Bank Dunia perang dunia kedua benar-benar berakhir. Sesuai prediksi, negara-negara korban perang, terutama di Eropa, segera membutuhkan aliran dana segar untuk merekonstruksi perekonomian mereka pascaperang. Prancis tercatat sebagai negara pertama yang mendapatkan pinjaman dari Bank Dunia senilai 250 juta dolar AS.
Dalam perkembangannya, semakin sedikit negara yang mengalami peperangan, sehingga kebutuhan untuk rekonstruksi pascaperang pun semakin kecil. Pada saat itu, Bank Dunia di bawah kepemimpinan Mc-Namara menggeser fokusnya ke arah pembangunan infrastruktur, pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik, terutama di negara-negara dunia ketiga yang notabene tertinggal dari negara maju.
Tugas prinsip dari Bank Dunia saat ini adalah memberikan pinjaman untuk proyek­proyek produktif demi pertumbuhan ekonomi di negara-negara sedang berkembang yang menjadi anggotanya. Sebanyak kira-kira US $ 2,4 milyar telah diberikan oleh Bank Dunia untuk proyek-proyek pembangunan di Eropa, Australia dan New Zeland, selama 23 tahun terakhir ini (dari data tahun 1970, sebanyak US $ 1,9 milyar untuk 28 negara Afrika, US S 4,3 milyar untuk 16 negara Asia dan US $ 3,8 milyar untuk 22 negara­negara bagian Amerika Serikat bagian barat). Pinjaman ini digunakan untuk industri pembangkit tenaga listrik, pembangunan jalan, rel kereta api, pelatihan-pelatihan, pembangunan saluran pipa gas alam, telekomunikasi, pertanian, industri, pengadaan air, pendidikan, dan dalam hal-hal tertentu ditujukan untuk program pembangunan yang lebih umum termasuk impor.
 Bank Dunia memiliki dua keanggotaan yaitu:
  1. IFC (International Finance Corporation) yang memulai kegiatannya pada tahun 1956.
  2. IDA (International Development Auaiatian) yang memulai kegiatannya pada tahun 1960.
Kedua lembaga ini dan Bank Dunia mcmbentuk kelompok Bank Dunia (World Bank Group)
Keanggotaan dari Bank Dunia merupakan persyaratan keanggotaan IFC (yang kegiatannya ditujukan untuk sektor swasta di negara-negara berkembang) dan keanggotaan IDA (yang kegiatannya ditujukan untuk sektor yang sama dengan kebijakan dan sesuai dengan Bank Dunia. Namun bantuan yang diberikan hanya ditujukan unruk Negara ­negara miskin, dengan syarat-syarat yang lebih mudah daripada pinjaman-pinjaman yang biasa diberikan oleh Bank Dunia. Bank Dunia juga mensponsori International Centre for The Settlement Investment Development (ICSID).
 Keanggotaan Bank Dunia
Dewan Komisaris memiliki kekuasaan mengakui anggota-anggota baru Bank Dunia dan untuk mcnentukan syarat-syarat keanggotaan berdasarkan persyaratan -persyaratan berikut ini. Setiap negara yang setuju memberikan konstribusinya kepada modal Bank Dunia, dapat menjadi anggota. Sebelum semua itu terlaksana, negara tersebut harus menjadi anggota IMF (international Monetary Fund), yang meliputi perjanjian untuk mengamati peraturan praktek Keuangan International yang berlaku, disertai penjelasan mengenal pokok-pokok informasi perekonomian demi kelayakan suatu negara dalam menerima bantuan. Bila semua telah dilakukan, maka negara tersebut dapat dipertimbangkan mcnjadi anggota Bank Dunia. Pada tahun 1969 Bank Dunia memiliki 112 negara anggota.

Yang Menjalankan Operasi Perusahaan Bank Dunia
Seluruh kekuasaan Bank Dunia berada di bawah Dewan Komisaris yang terdiri dari para komisaris yang mewakili negara anggota (masing-masing negara anggota menunjuk satu orang komisarisnya).
Dewan komisaris bertemu setahun sekali dan dapat mengirimkan suaranya melalui surat atau kawat. Kecuali kekuasaan tertentu yang ditentukan secara spesifik dalam Anggaran Dasar seperti keputusan keanggotaan, alokasi pendapatan bersih dan perubahan­ perubahan dalam modal saham; Dewan Komisaris menyerahkan kekuasaannya kepada Dewan Direksi (Board of Director) yang melaksanakan tugas-tugas mereka secara penuh pada markas besar Bank Dunia di Washington D.C. Umumnya para Direksi mengadakan pertemuan seminggu sekali, 5 dari anggota direksi ditunjuk oleh 5 pemegang saham terbesar, dan lainnya (15 orang direksi dipilih oleh negara anggota lainnya).
Setiap pemilihan suara yang diberikan oleh Direksi merupakan jumlah dari suara yang diberikan negara anggota yang diwakilinya. Pemilihan suara dari setiap direksi ini kemudian diberi bobot (weighted). Para direksi memilih Direktur Utama dan Bank Dunia berdasarkan keputusan dari para Direktur atas beberapa pertanyaan mengenai kebijakan Bank Dunia dinilai mampu untuk melaksanakan usaha dan mengurus organisasi Bank Dunia menunjuk dan memberhentikan para pegawai, Officer, dan Staff. Hanya Direktur Utama yang dapat mengusulkan fasilitas kredit yang akan diberikan.
Kebijakan secara luas diputuskan oleh Direktur Pelaksana berdasarkan batasan ­batasan dari Anggaran Dasar. Kebijakan bank merupakan proses yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan. Anggaran Dasar secara umum memberikan kelonggaran kepada bank untuk menjalankan operasinya, sehingga dapat menyesuaikan kebijakan tersebut terhadap kenyataan di dunia yang selalu berubah. Biasanya analisis yang terperinci mengenai setiap perubahan kebijakan, dikemukakan oleh Direktur Utama Bank Dunia kepada Para Direktur Pelaksana untuk dipertimbangkan dan diputuskan.

2.2.Peran Bank Dunia Terhadap Perekonomian Indonesia
Kebijakan politik pemerintahan Presiden Soekarno yang mendekat ke blok Uni Soviet menyulitkan Bank Dunia yang memiliki paham berseberangan untuk mengambil peran lebih banyak bagi Indonesia. Oleh karena itu, Bank Dunia baru mulai berperan sebagai lembaga pemberi pinjaman bagi Indonesia pada saat awal masa pemerintahan Presiden Soeharto, yaitu sekitar tahun 1968. Namun sebelum memberikan pinjaman, Bank Dunia “menjajaki” Indonesia dengan memberikan bantuan teknis untuk identifikasi kebijakan makroekonomi, kebijakan sektoral yang diperlukan, dan kebutuhan pendanaan yang kritis (Hutagalung, 2009).
Di masa-masa awal pemberian pinjaman, Indonesia masih dianggap sebagai negara yang memiliki nilai credit worthiness yang rendah. Oleh karena itu, pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia pada saat itu menggunakan skema IDA atau pinjaman tanpa bunga, kecuali administrative fee ¾ persen per tahun dan jangka waktu pembayaran 35 tahun dengan masa tenggang 10 tahun. Dana pinjaman pertama yang diberikan kepada Indonesia adalah sebesar 5 juta dolar AS pada September 1968 (Hutagalung, 2009).
Pada masa-masa awal tersebut, dana pinjaman dari Bank Dunia digunakan untuk pembangunan di bidang pertanian, perhubungan, perindustrian, tenaga listrik, dan pembangunan sosial. Pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia berhasil menunjukkan performa ekonomi yang memuaskan, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen per tahun, jauh lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi negara peminjam yang lain. Oleh karena itu, sejak akhir dekade 70-an Indonesia sudah mulai dianggap sebagai negara yang lebih creditworthy untuk memperoleh pinjaman Bank Dunia yang konvensional atau dengan menggunakan skema IBRD. Berbeda dari periode sebelumnya, pada dekade 80-an, pinjaman uang Bank Dunia terlihat lebih terarah pada masalah deregulasi sektor keuangan, selain masih tetap digunakan bagi pengembangan sektor-sektor sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
Pada awal dekade 90-an hingga sebelum memasuki krisis moneter tahun 1997, Indonesia menunjukkan performa ekonomi yang mengagumkan, bahkan sempat dijuluki sebagai salah satu Asian Miracle. Laporan dan analisis Bank Dunia terhadap perekonomian Indonesia acap kali dihiasi dengan berbagai pujian. Sayangnya, sebagaimana terjadi pada banyak negara lain seperti yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, performa ekonomi yang memikat tersebut ternyata lebih tepat sebagai “penundaan masalah”.
Kekeliruan dan dampak negatif dari bantuan Bank Dunia, baik berupa dana pinjaman maupun anjuran kebijakannya, terbukti nyata (meski bukan faktor satu-satunya) pada saat Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997. Liberalisasi sektor keuangan yang didukung penuh oleh Bank Dunia terbukti tidak cocok, bahkan mencelakakan, Indonesia. Pada saat krisis terjadi, mungkin salah satu bantuan paling berharga yang diberikan oleh Bank Dunia berupa persetujuan atas permintaan pemerintah Indonesia untuk membatalkan pinjaman yang tidak terserap sebesar 1,5 miliar dolar AS dan menyesuaikan (realokasi) pinjaman lainnya sebesar 1 miliar dolar AS untuk membiayai program mendesak, seperti bantuan biaya sekolah, beasiswa, dan jaring pengaman sosial.
Kemudian, pascakrisis yang melanda Indonesia, bantuan Bank Dunia masih terus berlanjut, terutama difokuskan pada kelanjutan pemulihan ekonomi, penciptaan pemerintah yang transparan, dan penyediaan pelayanan umum yang lebih baik, terutama bagi kelompok miskin. Terakhir, Bank Dunia kembali menyetujui dua pinjaman kebijakan pembangunan kepada Indonesia dengan nilai total 800 juta dolar AS untuk mendukung program prioritas reformasi yang dimotori Pemerintah Indonesia pada bulan November 2010 (Purwoko, 2010).
Dari penjelasan tahap demi tahap bantuan Bank Dunia kepada Indonesia sejak tahun 1968, kita dapat melihat betapa besar peran yang dimainkan oleh Bank Dunia terhadap pembangunan dan pasang surut perekonomian nasional. Mulai dari infrastruktur yang dibangun selama dekade 1970-an hingga kebijakan-kebijakan terbaru di era reformasi, semuanya tidak terlepas dari peran Bank Dunia.
Krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1997 seharusnya dapat memberi pelajaran berharga mengenai dua mata pisau yang diberikan oleh “bantuan” Bank Dunia. Terlepas dari kontroversi niat dan tujuan pemberian bantuan oleh Bank Dunia, Indonesia sejatinya bisa memilih menjadi negara yang mandiri dan menentukan masa depannya sendiri, mengukur kemampuan membayar dan menghitung jumlah dana yang mungkin dipinjam, menyeleksi proyek yang dijalankan agar sesuai dengan sasaran serta mencapai efektifitas dan efisiensi, menilik kebijakan yang bisa diliberalisasi dan yang tidak, serta membekali diri dengan pengetahuan dan teknologi. Karena bagaimanapun, kejahatan tidak hanya disebabkan niat dari pelakunya, tapi juga kelengahan dan kesempatan yang diberikan oleh korbannya.






 Bab .3.
Kesimpulan
Keberadaan Bank Dunia sejak tahun 1944 telah mempengaruhi perekonomian global secara signifikan. Mulai dari rekonstruksi dan rehabilitasi negara-negara korban perang dunia kedua, hingga program-program pengentasan kemiskinan dan pembangunan berbagai negara berkembang di seantero dunia. Tampaknya kini tidak ada satu negara pun yang terbebas dari pengaruh Bank Dunia, baik kebijakannya, dana pinjamannya, maupun kapitalisme dan liberalisasi keuangan yang dikampanyekannya.Dalam dua dekade terakhir, Bank Dunia telah banyak membantu negara-negara dunia ketiga dalam permodalan bagi pembangunan dalam negerinya masing-masing.
Namun demikian, keberadaan Bank Dunia bukan tanpa kontroversi dan dampak negatif. Kemelut utang tak berujung yang meliputi berbagai negara peminjam seringkali justru menjadi “bumerang”. Alih-alih mengatasi masalah perekonomian dalam negeri, seringkali dana pinjaman dari Bank Dunia justru seperti menumpuk masalah di tahun-tahun mendatang yang suatu saat –cepat atau lambat- akan overload dan dapat mengakibatkan chaos. Apalagi banyak ahli ekonomi dari negara-negara peminjam (yang biasanya berdiri di luar pemerintahannya) berkomentar miring dan justru menuding Bank Dunia yang telah menganjurkan kebijakan ekonomi yang menyesatkan dan tidak menyelesaikan masalah. Salah satu penyebabnya adalah aliran uang pinjaman yang masuk seringkali justru kembali lagi ke negara-negara donor, sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi negara peminjam.
Bagi Indonesia sendiri, peran Bank Dunia mulai tampak jelas setelah masa pemerintahan Presiden Soekarno yang cenderung dekat dengan poros Uni Soviet berakhir. Hingga saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang dipercaya oleh Bank Dunia untuk meminjam dana untuk berbagai keperluan, terutama untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, pelayanan publik, pertanian dan lingkungan hidup.
Namun demikian, sama seperti banyak negara peminjam lainnya, hal ini justru dapat membahayakan perekonomian dalam negeri di masa mendatang jika peminjaman yang dilakukan tidak efisien, tidak bermanfaat, dan juga boros dalam penggunaannya. Bagaimanapun, utang tersebut –beserta bunganya- dapat terus menumpuk hingga Indonesia tak mampu lagi membayarnya jika dibiarkan dilakukan terus menerus tanpa upaya pengurangan utang yang sistematis.
Aliran uang pinjaman yang masuk seharusnya dapat dikendalikan, sehingga tidak hanya menguntungkan dan menambah kekayaan segelintir orang, tetapi juga dapat benar-benar menggerakkan perekonomian nasional, baik secara analisis makro maupun mikro. Karena bagaimanapun, kemandirian dibentuk dan dilakukan oleh kita sendiri. Dana pinjaman hanyalah sarana seperti sebuah pedang, jika kita ahli menggunakannya maka akan menjadikan kita kuat dan sejajar dengan negara manapun, namun jika kita tidak hati-hati menggunakannya, justru dapat “melukai” bahkan “membunuh” kita sendiri, cepat ataupun lambat.




Daftar Pustaka
Diktat Universitas Negeri Medan
http://diahayuastriniwebblog.blogspot.com/2012/04/lembaga-keuangan-internasional-dan.html
Bali Post – www.balipost.com
www.republika.co.id [18 Desember 2010]
www.vivanews.com [18 Desember 2010], Susanto, Heri. 2010. Gaji Sri Mulyani di Bank Dunia Rp 3 Miliar.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Babtis (Tardidi) di Gereja HKBP

Teori Biaya Produksi