Ekonomi Internasional ,PERANGKAT-PERANGKAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN
PERANGKAT-PERANGKAT KEBIJAKAN
PERDAGANGAN
Bab
bab sebelumnya telah menjawab pertanyaan, “Mengapa negara-negara melakukan
perdagangan?” dengan menjelaskan sebab-sebab dan dampak perdagangan
internasional dan fungsionalisasi dari perekonomian dunia yang terbuka.
Sementara pertanyaan itu sendiri menarik, jawabannya lebih menarik lagi jika
itu membantu kita menjawab pertanyaan, “Kebijakan perdangan macam apa yang
sebaiknya ditempuh oleh suatu negara?” apakah sebaiknya Amerika Serikat
mengenakan tarif atau kuota impor untuk melindungi industri mobilnya terhaadap
persaingan dari Jepang dan Korea? Siapa yang akan keuntungannya lebih besar
daripada biayanya?
Bab ini meninjau kebijakan-kebijakan
yang ditempuh pemerintah berkenaan dengan perdagangan internasional,
kebijakan-kebijakan yang mencakup berbagai tindakan yang
berbeda-beda.Tindakan-tindakan ini meliputi pengenaan pajak atas beberapa
transaksi internasional, subsidi untuk transaksi-transaksi yang lainnya,
pembatasan resmi terhadap nilai atau volume impor, dan beberapa pengaturan
lainnya. Bab ini menyajikan kerangka pemikiran untuk memahami dampak dari
perangkat-perangkat kebijakan perdagangan terpenting.
ANALISIS
DASAR TENTANG TARIF
Tarif,
suatu kebijakan perdagangan yang paling umum, adalah sejenis pajak yang
dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik (specific tariffs)
dikenakan sebagai beban tetap atas unit barang yang diimpor (misalnya $3 untuk
setiap barel minyak ). Tariff ad valorem (ad valorem tariffs)adalah pajak yang
dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nialai barang-barang yang
diimpor (misalnya , tarif 25% atas mobil yang diimpor). Dalam kedua kasus
dampak tarif akan meningkatkan biaya pengiriman barang kesuatu negara.
Tarif merupakan bentuk kebijakan
perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai
sumber penerimaan pemerintah. Misalnya, sebelum diterapkan pajak pendapatan,
pemerintah Amerika Serikat memperoleh sebagian besar pendapatannya dari tarif.
Namun, maksud utama pengenaan tarif biasanya tak semata-m ata untuk memperoleh
pendapatan tetapi juga untuk melindungi sektor-sektor tertentu di dalam negeri.
Di awal abad 19 Inggris menerapkan tarif (Corn Law yang termasyur itu) untuk
melindungi hasil-hasil pertanian dari persaingan impor. Di penghujung abad ke
19 baik Jerman maupun Amerika Serikat melindungi sektor-sektor industri yang
baru tumbuh dengan mengenakan tarif impor atas beberapa barang manufaktur.
Peranan tarif meluas dalam era modern kini karena pemerintah-pemerintah modern
biasanya lebih suka melindungi industri-industri domestik mereka denga
mengenakan berbagai macam bentuk hambatan non-tarif (non tariff barriers).
Meskipun demikian, pemehaman tentang tarif tetap merupakan landasan yang amat
penting untuk memahami kebijakan-kebijakan perdangan lainnya.
Dalam mengembang teori di Bab 2
sampai 7 kita menggunakan perspektif keseimbangan umum (general
equilibrium). Artinya, kita harus selalu membayangkan bahwa peristiwa-peristiwa
yang terjadi disalah satu bagian dari perekonomian akan berdampak ke
bagian-bagian perekonomian lainnya. Namun, dalam banyak hal (meeskipun tak
selalu) kasus kebijakan perdagangan untuk satu sektor agaknya dapat dipahami
dengan baik tanpa merinci dampak kebijakan tersebut kepada bagian-bagian lain
dari perekonomian . Karena itu, untuk sebagian besar kasus , kebijakan
perdangan dapat diteliti dalam kerangka keseimbangan parsial (partial
equilibrium). Meskipun demikian bagian-bagian lain dari perekonomian akan
selalu menjadi latar belakang. Jika dampaknya kepada perekonomian secara
keseluruhan menjadi penting sekali, kita akan berpaling kembali kepada analisis
keseimbangan umum.
PENAWARAN
PERMINTAAN DAN PERDAGANGAN SUATU INDUSTRI
Katakanlah
ada 2 negara, Domestik dan Asing, keduanya mengkonsumsi gandum, yang dapat
diangkut dari satu ke lain negara tanpa menimbulkan biaya (biaya pengangkutan
dianggap nihil). Industri gandum di masing –masing negara betul-betul bersifat
kompetitif diman kurva penawaran dan permintaan merupakan fungsi dari pasar.
Lazimnya penawaran dan permintaan Domestik akan bergantung pada harga dalam
mata uang Domestik, dan permintaan dan penawaran Asing akan bergantung pada
harga dalam mata uang Asing, namun kita mengasumsikan bahwa nilai tukar antara
kedua mata uang tidak dipengaruhi oleh bentuk kebijakan perdagangan yang
diterapkan di pasar komoditi ini. Karena itu, kita mencantumkan harga di kedua
pasar dalam mata uang Domestik.
Perdagangan akan terjadi di suatu
pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan.
Anggaplah sebelum perdagangan harga gandum di Domestik lebih tinggi daripada di
Asing. Selanjutnya terjalin hubungan dagang. Karena harga gandum di Domestik
lebih tinggi daripada di Asing, pihak pengiriman mulai mengangkut gandum dari
Asing ke Domestik. Ekspor gandum meningkatkan harga gandum di Asing dan
menurunkan harga gandum di Domestik sampai perbedaan harga tak terjadi lagi.
Untuk
menentukan harga dunia dan jumlah yang diperdagangankan, adalah sangat membantu
kalau kita membentuk dua kurva baru : kurva permintaan untuk impor (import
demand curve) Domestik dan kurva penawaran untuk ekspor (export supply
curve) Asing, yang pada dasarnya diperoleh dari kurva penawaran dan
permintaan dalam negeri. Permintaan untuk impor Domestik merupakan kelebihan
dari apa yang diminta konsumen atas apa yang ditawarkan oleh produsen Domestik;
penawaran dari ekspor Asing merupakan kelebihan dari apa yang ditawarkan oleh
produsen asing atas yang diminta oleh konsumen Asing.
Gambar 9-1 menunjukkan
cara memperoleh kurva permintaan untuk impor Domestik. Pada harga P1
konsumen Domestik meminta sebanyak D1, sedangkan
penawaran Domestik hanya S1, sehingga permintaan untuk impor
Domestik adalah D1-S1. Jika harga meningkat
menjadi P2, permintaan konsumen Domestik hanya D2,
sementara produsen Domestik meningkatkan penawarannya ke S2,
sehingga untuk permintaan untuk impor turun menjadi D2-S2.
Karena itu kurva permintaan untuk impor berbentuk menurun dari kiri atas kekana
bawah (downward-sloping). Pada PA’ penawaran permintaan Domestik
sama besar. Ini adalah keadaan tanpa perdagangan, sehingga pada PA
kurva permintaan untuk impor Domestik memotong sumbu tegak, artinya tidak ada
impor.
Gambar
9-1 Membentuk kurva permintaan ekspor
domestik
Jika
harga suatu barang meningkat, konsumen domestik meminta lebih sedikit,
sedangkan produsen domestik menawarkan lebih banyak, sehingga permintaan untuk
import turun.
Harga, P Harga,
P
S
PA
P2
P1
D
MD
S1
S2 D
2 D 1 kuantitas D2 -S2 D1-S1 kuantitas, Q
Gambar
9-2 menunjukkan pembentukan kurva penawaran dari ekspor Asing XS. Pada P1
produsen mensuplai S*1, sedangkan permintaan konsumen Asing hanya D*1,
sehingga penawaran yang tersedia untuk diekspor adalah S*2, konsumen
Asing menurunkan permintaannya menjadi D*2, sehingga penawaran untuk
ekspor meningkat menjadi S*2-D*2. Dengan demikian kurva penawaran
untuk ekspor
Berbentuk
menaik dari kiri ke kanan atas (upward-sloping). Jika harga yang terjadi
adalah PA* maka penawaran dan
permintaan akan sama dengan keadaan tanpa perdagangan; sehingga pada harga PA*
kurva penawaran untuk ekspor Asing memotong sumbu vertikal (tak ada
ekspor).
Keseimbangan
dunia terjadi bila permintaan untuk ekspor Domestik sama dengan penawaran untuk
ekspor Asing (Gambar 9-3). Pada harga Pw’ kala kedua kurva
berpotongan penawaran
dunia sama dengan permintaan dunia. Pada keseimbangan di titik 1 dalam Gambar
9-3.
permintaan
Domestik – penawaran Domestik = penawaran Asing – permintaan Asing
Dengan menambahkan dan mengurangi di
kedua sisi; persamaan ini dapat disusun kembali sehingga menunjukkan
permintaan
Domestik + permintaan Asing = penawaran Domestik + penawaran Asing
Atau, dengan kata lain,
permintaan
= penawaran dunia.
DAMPAK TARIF
Dari
sisi tinjau pengiriman barang, tarif persis seperti biaya pengangkutan. Jika
Domestik mengenakan pajak sebesar $2 untuk setiap gantang gandum yang diimpor,
pengiriman tak akan bersedia mengangkut
gandum kecuali kalau perbedaan harga di kedua pasar paling sedikit $2.
Harga, P S* Harga,
P XS
P2
P1
PA*
D*
D*1 D*1
S*1 S*1 kuantitas,Q S*1-D*1 S*2-D*2 kuantitas
Gambar 9-2 Membentuk kurva penawaran ekspor
asing
Jika harga suatu barang meningkat,
produsen asing menawarkan lebih banyak sedangkan konsumen asing meminta lebih
sedikit, sehingga penawaran yang tersedia untuk ekspor meningkat.
Gambar
9-4 melukiskan dampak tarif spesifik sebesar $t per unit gandum. Tanpa
tarif, harga gandum di kedua negara akan
sama, yaitu PW.. Namun, setelah ada tarif, pengirim tak
mau mengangkat gandum dari Asing ke Domestik kecuali jika selisih harga di
Domestik dan Asing paling tidak sebesar $t. Pengenaan tarif mengakibatkan harga
di kedua pasar membesar. Tarif meningkatkan harga di Domestik ke PT
dan menurunkan harga di Asingke P*T = PT –
t.
Gambar
9-3 keseimbangan dunia
Keseimbangan
harga dunia terjadi ketika permintaan impor domestik sama dengan penawaran
ekspor asing.
Harga,
P XS
PW 1
MD
Quantity,
Q
Qw
Gambar 9-4 Dampak tarif
Tarif meningkatkan harga di Domestik
dan menurunkan harga di asing. Volume yang diperdagangkan merosot.
Pasar
Domesti Pasar Dunia Pasar
Asing
Harga P S Harga,
P Harga, P
XS S*
Pw
Pw t
D P*T
MD D*
Kuantitas Q QT QW kuantitas Q kuantitas
Dengan
harga yang lebih tinggi produsen Domestik meningkatkan suplainya, sedangkan
konsumen menurunkan permintaannya, sehingga permintaan untuk impor menjadi
berkurang. Di Asingharga yang lebih rendah menyebabkan penawaran turun dan
permintaan meningkat, dan karena itupenawaran untuk ekspor menjadi naik. Dengan
demikian perdagangan gandum merosot dari QW’ volume dalam
keadaan perdagangan bebas, ke QT’ volume dengan
adanya tarif. Pada volume perdagangan QT’ permintaan untuk
impor Domestik sama dengan penawaran untuk ekspor Asing jika PT – P*T
= t.
Peningkatan harga di Domestik, dari PW
ke PT’ lebih kecil
daripada besarnya tarif, karena sebagian dari tarif tercermin dalam penurunan
harga ekspor Asing dan karenanya tidak dibebankan kepada konsumen Domestik. Hal
iniadalah akibat wajar dari tarif dan kebijakan perdagangan yang membatasi
impor. Namun, dalam kenyataan besarnya dampak ini kerap sangat kecil mengenakan
tarif, peranan yang tak berarti di pasar dunia untuk semua barang biasanya
hanya menciptakan dampak yang kecil sekali dalam perdagangan dunia, sehingga
pengurangan impor hanya berpengaruh kecil sekali pada harga dunia. Untuk
kepentingan-kepentingan praktis secara keseluruhan, dalam bbanyak kasus barang-barang
impor dapat dianggap tidak berubah.
Dampak tarif untuk kasus “negara
kecil” dimananegara tersebut tak dapat mempengaruhi harga ekspor di lukiskan
dalam Gambar 9-5. Dalam kasus ini tarif meningkatkan harga barangyang di ekspor
sebesar tingkat tarif, dari PW ke PW + t. Produksi
meningkat dari S1 ke S2, sedangkan konsumsi turun dari D1
ke D2.
Gambar 9-5 Tarif
dinegara kecil
Untuk
kasus Negara kecil, tarif tak dapat menurunkan harga barang luar negeri yang
diimpor.
Harga,
P
S
Pw + t
Pw
D
S1—D1 : impor
sebelum tarif
S1
S2 D2 D1 kuantitas, Q
Import setelah tarif
MENGUKUR
BESARNYA PROTEKSI
Tarif
atas barang impor meningkatkan harga barang yang dihasilkan pleh produsen dalam
negeri. Dampak ini kerap merupakan tujuan utama dari tarif –untuk melindungi
produsen dalam negeri terhadap persaingan impor yang harganya lebih murah.
Dalam menganalisis kebijakan perdagangan yang dijumpai dalam kenyataan, agaknya
penting untuk mengetahui
Sebuah tarif pada impor baik meningkatkan harga yang diterima oleh produsen domestik barang tersebut. Efek ini sering tujuan-prinsip kita tarif yang melindungi produsen domestik dari harga rendah yang akan dihasilkan dari persaingan impor. Dalam menganalisis kebijakan perdagangan dalam praktek, penting untuk bertanya berapa banyak perlindungan kebijakan perdagangan tarif atau lainnya sebenarnya menyediakan. Jawabannya biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga yang akan menang di bawah bebas perdagangan. Kuota impor gula bisa, misalnya, meningkatkan harga yang diterima AS gula produsen sebesar 45 persen.
Sebuah tarif pada impor baik meningkatkan harga yang diterima oleh produsen domestik barang tersebut. Efek ini sering tujuan-prinsip kita tarif yang melindungi produsen domestik dari harga rendah yang akan dihasilkan dari persaingan impor. Dalam menganalisis kebijakan perdagangan dalam praktek, penting untuk bertanya berapa banyak perlindungan kebijakan perdagangan tarif atau lainnya sebenarnya menyediakan. Jawabannya biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga yang akan menang di bawah bebas perdagangan. Kuota impor gula bisa, misalnya, meningkatkan harga yang diterima AS gula produsen sebesar 45 persen.
Mengukur perlindungan
tampaknya akan menjadi mudah dalam hal tarif: Jika tarif adalah pajak ad
valorem sebanding dengan nilai impor, tingkat tarif itu sendiri harus mengukur jumlah
perlindungan, jika tarif spesifik, membagi tarif dengan sebesar harga dari
tarif memberi kita setara ad valorem
Ada dua
masalah dalam mencoba untuk menghitung tingkat perlindungan ini sederhana.
Pertama, jika asumsi negara kecil bukan pendekatan yang baik, bagian dari
pengaruh tarif akan adalah untuk menurunkan harga ekspor asing daripada untuk
menaikkan harga dalam negeri. Efek dari perdagangan kebijakan harga ekspor asing
kadang-kadang significant. Masalah kedua adalah bahwa tarif mungkin memiliki
efek yang sangat berbeda pada berbagai tahap produksi barang.
Contoh sederhana
menggambarkan hal ini. Misalkan menjual mobil di pasar dunia sebesar $ 8000 dan
bahwa bagian-bagian dari yang mobil yang dibuat dijual seharga $ 6000. Mari
kita bandingkan dua negara: satu yang ingin untuk mengembangkan industri
otomotif perakitan dan satu yang sudah memiliki industri perakitan dan ingin
mengembangkan industri komponen.Untuk mendorong industri otomotif domestik,
negara pertama menempatkan tarif 25 persen pada impor mobil, yang memungkinkan
perakit domestik untuk mengisi $ 10.000 bukan $ 8000. Dalam hal ini akan salah
untuk mengatakan bahwa perakit menerima hanya 25 persen perlindungan. Secara
teori (meskipun jarang dalam praktek) tarif sebenarnya bisa menurunkan harga
yang diterima oleh produsen domestik (yang Metzler paradoks dibahas dalamBab5).
Sebelum tarif, perakitan dalam negeri akan terjadi hanya jika hal itu bisa dilakukan sebesar $ 2000 (perbedaan antara harga $ 8000 dari mobil selesai dan biaya $ 6000 di bagian) atau kurang, sekarang akan berlangsung bahkan jika biaya sebanyak $ 4000 (perbedaan antara harga $ 10.000 dan biaya suku cadang). Artinya, 25 persen tarif menyediakan perakit dengan tingkat efektif perlindungan 100 persen.
Sebelum tarif, perakitan dalam negeri akan terjadi hanya jika hal itu bisa dilakukan sebesar $ 2000 (perbedaan antara harga $ 8000 dari mobil selesai dan biaya $ 6000 di bagian) atau kurang, sekarang akan berlangsung bahkan jika biaya sebanyak $ 4000 (perbedaan antara harga $ 10.000 dan biaya suku cadang). Artinya, 25 persen tarif menyediakan perakit dengan tingkat efektif perlindungan 100 persen.
Sekarang
anggaplah negara kedua, untuk mendorong produksi dalam negeri bagian,
membebankan 10 persen tarif pada bagian impor, meningkatkan biaya bagian untuk
perakit domestik dari $ 6000 sampai $ 6600. Meskipun tidak ada perubahan tarif
pada mobil dirakit, ini kebijakan membuatnya kurang menguntungkan untuk merakit
di dalam negeri. Sebelum tarif itu akan menjadi senilai perakitan mobil lokal
jika hal itu bisa dilakukan sebesar $ 2000 ($ 8000 - $ 6000), setelah perakitan
lokal tarif terjadi hanya jika dapat dilakukan untuk $ 1400 ($ 8000 - $ 6600).
Itu tarif pada bagian-bagian, kemudian, sambil memberikan perlindungan positif
terhadap produsen bagian, menyediakan negatif perlindungan efektif untuk
perakitan sebesar -30 persen (-600 / 2000).
Penalaran sama dengan yang terlihat
dalam contoh ini telah menyebabkan ekonom untuk membuat perhitungan rumit untuk
mengukur tingkat perlindungan yang efektif sebenarnya disediakan untuk industri
tertentu oleh tarif dan kebijakan perdagangan lainnya. Kebijakan perdagangan
yang bertujuan untuk mempromosikan pembangunan ekonomi, misalnya (Bab 10),
sering menghasilkan tingkat perlindungan yang efektif jauh lebih tinggi dibandingkan
tingkat tarif.
BIAYA DAN
MANFAAT SEBUAH TARIF
Sebuah tarif
meningkatkan harga barang di negara pengimpor dan menurunkan dalam ekspor negara.
Sebagai hasil dari perubahan harga, konsumen kehilangan di negara pengimpor dan
mendapatkan di negara pengekspor. Produsen mendapatkan di negara pengimpor dan
kehilangan dalam mengekspor negara. Selain itu, pemerintah memberlakukan
pendapatan tarif keuntungan. untuk membandingkan biaya-biaya dan manfaat, perlu
untuk menghitung mereka. Metode untuk mengukur biaya dan keuntungan dari tarif
tergantung pada dua konsep umum untuk banyak ekonomi mikro analisis; konsumen
dan surplus produsen.
KONSUMEN DAN PRODUSEN SURPLUS
KONSUMEN DAN PRODUSEN SURPLUS
Surplus konsumen mengukur jumlah keuntungan konsumen dari pembelian sebesar
selisih nilai tersebut antara harga dia benar-benar membayar dan harganya dia
akan bersedia membayar. jika, misalnya, konsumen akan bersedia membayar $ 8 untuk
sebuah gantang gandum tetapi.Harga hanya $ 3, surplus konsumen diperoleh dengan
pembelian adalah $ 5.
Surplus kunsumen dapat diperoleh
dari kurva permintaan (Gambar 9-6). Misalnya katakanlah bahwa harga maksimum
yang akan bersedia dibayar oleh konsumen untuk 10 unit barang adalah $10. Maka
unit kesepuluh dari barang yang dibeli itu harus senilai $10 bagi konsumen.
Jika nilainya itu kurang dan mereka tidak akan membelinya; jika nilainya lebih
tinggi, mereka akan bersedia membelinya meskipun dengan harga yang lebih
tinngi. Kini anggaplah bahwa agar konsumen bersedia membeli 11 unit barang
harga harus diturunkan menjadi $9. Maka unit kesebelas pasti hanya akan senilai
$9 dimata konsumen.
Gambar 9-6 menurunkan surplus konsumen dari kurva permintaan. Surplus konsumen atas setiap unit yang dijual
merupakan perbedaan antara harga actual dan apa yang konsumen mampu membelinya.
Harga, P
$12
$10
$9
D
8 9 10 11 Kuantitas, Q
Anggaplah
bahwa harga barang ini $9. Maka kosumen memang bersedia unit kesebelas barang
itu, dan karena itu tidak memperoleh surplus konsumen dari pembelian unit
terakhir. Namun, mereka telah bersedia membayar $10 unit kesebelas itu, dan
karena itu memperoleh surplus konsumen senilai $1 dari unit terakhir. Mereka
mungkin bersedia membayar $12 untuk unit kesembilan jika demikian, mereka
memperoleh surplus konsumen sebesar $3 atas unit kesembilan ini, dan begitu
seterusnya.
Dengan
menggeneralisasikan contoh ini, jika P adalah harga barang dan Q adalah
jumlah yang diminta pada harga itu, maka surplus konsumen dihitung dengan
mengurangkan hasil kali P dan Q dari luas bidang dibawah kurva
permintaan sampai batas Q (gambar 9-7). Jika harganya adalah P1,
jumlah yang diminta sebesar Q1
, dan besarnya surplus konsumen adalah luas bidang a. Jika
harga turun menjadi P2 , jumlah yang diminta meningkat
menjadi Q2, dan surplus konsumen bertambah menjadi bidang
a ditambah dengan bidang b.
Surplus
produsen merupakan konsep yang sekilas (analogous) dengan
surplus konsumen. Jika produsen akan bersedia menjual barang dengan harga $2,
namun ternyata menjualnya dengan harga $5, ia meraih surplus produsen sebesar
$3 dari penjualannya. Dengan cara yang sama seperti yang digunakan untuk
memperoleh surplus konsumen dari kurva permintaan, surplus produsen dapat
diperoleh dari kurva penawaran. jika P dan Q masing-masing adalah
harga dan jumlah yang ditawarkan pada tingkat harga tersebut, maka surplus
produsen adalah P dikali dengan Q dikurangi luas wilayah yang
dibawah penawaran titik Q (Gambar 9-8), jika harga barang tersebut
adalah P1, jumlah barang yang ditawarkan sebesar Q1,
dan surplus produsen diukur oleh bidang c.ditambah bidang d.
Beberapa
kesulitan yang berkaitan dengan konsep surplus konsumen dan surplus produsen
adalah persoalan cara perhitungan yang untuk sebagian besar alasan praktis
dapat dikesampingkan. Yang lebih penting adalah persoalan apakah keuntungan
langsung bagi produsen dan konsuman dalam pasar tertentu mengukur dengan tepat
manfaat sosial. Alasan-alasan yang mengatakan tambahan keuntungan dan
biaya tidak dicerminkan oleh surplus konsumen dan produsen merupakan inti dari
alasan praktek kebijakan perdagangan pada bab 10. Saat ini, bagaimanpun, kita
akan fokus pada biaya dan
Gambar 9-7 geometri
dan surplus konsumen. Surplus konsumen sama dengan bidang
dibawah kurva permintaan dan diatas harga
Harga P
a
P1
P2 b
D
Q1 Q2 Kuantitas, Q
Dilukiskan
dalam Gambar 9-5), bidang e, yang mencerminkan keuntungan nilai tukar
perdagangan, lenyap, dan ini secara jelas menunjukkan bahwa tarif menunjukkan
kesejahteraan. Tarif merusak rangsangan bagi produsen maupun konsumen dalam
mengambil keputusan karena impor menjadi lebih mahal daripada yang sebenarnya
terjadi jika ada hambatan perdagangan. Biaya tambahan satu unit konsumsi kepada
perekonomian adalah harga dari tambahan satu unit yang diimpor, sehingga karena
tarif meningkatkan harga Domestik diatas harga dunia, konsumen mengurangi
konsumsinya sampai titik dimana tambahan satu unit membuat kesejahteraan mereka
sama dengan harga Domestik setelah tarif. Nilai tambahan satu unit produksi
kepada perekonomian adalah harga dari unit yang tak lagi diimpor, sehingga
produsen Domestik memperluas produksinya sampai titik dimana biaya marjinal
(marginal cost) sama dengan harga setelah tarif. Dengan demikian
perekonomian memproduksi tambahan barang di dalam negeri yang sebetulnya bisa
dibeli dengan harga yang murah di luar negeri.
Selanjutnya, dampak tarif netto
terhadap kesejahteraan disediakan dalam Gambar 9-10. Dampak negatif terdiri
dari kedua segitiga b dan d. Segitiga pertama adalah kerugian pada
produksi (production distortion loss), sebagai akibat dari kenyataan
bahwa tarif menyebabkan produsen Domestik memproduksi terlalu banyak barang.
Segitiga kedua adalah kerugian pada konsumsi (consumption distortion loss),
yang timbul oleh kenyataan bahwa tarif menyebabkan konsumen mengkonsumsi barang
terlalu sedikit. Kerugian-kerugian ini harus dibandingkan dengan keuntungan
dari nilai tukar perdagangan yang di ukur oleh segi empat e, yang
ditimbulkan oleh penurunan harga ekspor luar negeri sebagai akibat dari adanya
tarif. Dalam kasus negara kecil yang tak dapat secara berarti mempengaruhi
harga-harga internasional, dampak terakhir ini tak ada, sehingga biaya tarif
pasti melebihi manfaatnya.
MENGUKUR BIAYA DAN MANFAAT
Gambar 9-9 mengilustrasikan
biaya dan manfaat dari tarif bagi negara pengimpor.
Tarif
meningkatkan harga domestik dari PW di PT tetapi menurunkan harga ekspor asing dari
PW untuk Pf (lihat kembali Gambar 8-4). Produksi dalam negeri naik dari Sl ke
S2, sementara konsumsi domestik jatuh dari Dl ke D2. Biaya dan keuntungan
kepada kelompok-kelompok yang berbeda dapat dinyatakan sebagai jumlah dari
bidang lima wilayah, diberi label a, b, c, d, e.
Pertimbangkan pertama keuntungan
kepada produsen domestik. Mereka menerima harga yang lebih tinggi dan karena
itu memiliki surplus produsen lebih tinggi. Seperti kita lihat pada Gambar 9-8,
surplus produsen adalah sama dengan daerah P x Q tersebut dibawah harga tetapi
diatas kurva penawaran.
Pada Gambar 9-7, surplus konsumen
sama dengan area di atas harga tetapi di bawah permintaan kurva. Karena
konsumen menghadapi kenaikan harga dari PW di PT, surplus konsumen jatuh oleh daerah
ditandai dengan a + b + c + d. Jadi konsumen dirugikan oleh tarif. Ada pemain
ketiga di sini juga: pemerintah. Keuntungan pemerintah dengan mengumpulkan tarif
pendapatan. Ini sama dengan tingkat tarif t kali volume impor QT - D2 - S2. Karena
t = PT - P *, pendapatan pemerintah adalah sama dengan jumlah dari dua daerah c
dan e. Karena keuntungan dan kerugian terhutang kepada orang yang berbeda,
evaluasi biaya-manfaat secara keseluruhan tarif tergantung pada seberapa besar
kita menghargai bernilai dolar bermanfaat bagi setiap kelompok. jika, misalnya,
keuntungan produsen mencatat sebagian besar untuk pemilik kaya sumber daya,
sedangkan
Gambar 9-8
Geometri dari surplus produsen. Surplus produsen sama dengan
bidang di atas kurva penawaran dan dibawah harga.
Harga, P
S
P2 d
P1
c
Q1 Q2 Kuantitas Q
Gambar 9-9 Biaya dan manfaat dari sebuah tarif. Untuk membedakan kelompok biaya dan
tarif dapat dilihat pada arsiran di lima area a,b,c,d dan e.
Harga P S ket
:
b
& d = konsumen loss (a+b+c+d)
PT a =
produsen gain
PW a b
c d c + e =
pendapatan pemerintah
PT* e
D
Kuantity
Q
S1
S2 D2
D1
konsumen
lebih miskin dari
rata-rata,
tarifnya akan dipandang secara berbeda dibandingkan jika baik adalah mewah
dibeli oleh makmur tapi diproduksi oleh upah rendah pekerja. Ambiguitas lebih
lanjut diperkenalkan oleh peran pemerintah: Apakah akan menggunakan
pendapatannya untuk membiayai sangat dibutuhkan pelayanan publik atau
memboroskannya untuk $ 1000 kursi toilet? Meskipun masalah ini, adalah umum
untuk analis kebijakan perdagangan untuk mencoba untuk menghitung efek bersih
dari tarif pada kesejahteraan nasional dengan dengan asumsi bahwa pada marjin
seharga satu dolar dari laba atau rugi bagi setiap kelompok adalah sama sosial
layak.
Mari
kita lihat, maka, pada efek bersih dari tarif pada kesejahteraan. Biaya bersih
tarif adalah Konsumen rugi - laba produsen - pendapatan pemerintah, (8-1) atau,
menggantikan konsep-konsep ini oleh daerah pada Gambar 9-9,
(a + b + c + d)
- a - (c + e) = b + d - e. (9-2)
Artinya, ada dua "segitiga" yang bidang mengukur kerugian bagi
bangsa secara keseluruhan dan "persegi panjang" yang bidang mengukur
gain offsetting. Sebuah cara yang berguna untuk menafsirkan keuntungan dan
kerugian adalah sebagai berikut; Segitiga kehilangan mewakili hilangnya
efisiensi yang timbul karena tarif mendistorsi insentif untuk mengkonsumsi dan
menghasilkan, sedangkan persegi panjang merupakan ketentuan keuntungan
perdagangan yang timbul karena tarif menurunkan harga ekspor asing.
Keuntungan tergantung pada kemampuan negara-tarif memaksakan untuk menurunkan asing
ekspor harga. Jika negara tidak dapat mempengaruhi harga dunia ("negara kecil"
Keuntungan tergantung pada kemampuan negara-tarif memaksakan untuk menurunkan asing
ekspor harga. Jika negara tidak dapat mempengaruhi harga dunia ("negara kecil"
Gambar 9-10 Dampak kesejahteraan neto dari tarif
Harga, P
S
PT b + d : loss efisiensi c : terms of trade gane
Pw b d
PT* c
D
import
PERANGKAT-PERANGKAT
KEBIJAKAN PERDAGANGAN LAINNYA
Tarif
adalah bentuk yang paling sederhana dari kebijakan perdagangan, namun didalam
dunia modern kebanyakan pemerintah melakukan campur tangan dalam perdagangan
internasional dengan menggunakan bentuk-bentuk lain. Bentuk lain yang paling
menonjol adalah subsidi ekspor, pembatasan impor, pengekangan ekspor sukarela
(voluntary export restraints), dan persyaratan kandungan lokal (local
content requirements). Untungnya, sekali kita memahami tarif tidak akan
selalu sulit bagi kita untuk memahami perangkat-perangkat kebijakan perdagangan
lainnya ini.
TEORI
SUBSIDI EKSPOR
Subsidi
ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau perseorangan
yang menjual barang ke luar negeri. Seperti tarif, subsidi ekspor dapat
berbentuk spesifik (nilai tertentu pada unit barang) atau ad valorem
(persentase dari nilai yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi
ekspor, pengiriman akan mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga
Domestik dan harga luar negeri sama dengan nialai subsidi.
Dampak subsidi ekspor terhadap harga
persis kebalikan dari dampak tarif (Gambar 9-11). Harga di negara pengekspor
meningkat dari Pw ke PS, namun karena harga di
negara pengimpor turun dari Pw ke P*s , besarnya
dari kenaikan harga lebih kecil dari besarnya subsidi. Di negara pengekspor,
kosumen dirugikan, produsen diuntungkan, dan pemerintah merugi karena harus
mengeluarkan subsidi. Kerugian konsumen adalah bidang a + b; keuntungan
produsen adalah bidang a + b + c; subsidi pemerintah adalah bidang b
+ c + d + e + f + g. Dengan demikian kerugian kesejahteraan neto adalah
bidang b + d + e + f + g. Diantaranya, b dan d mencerminkan
kerugian-kerugian karena pada konsumsi dan produksi, yang pada dasarnya sewujud
dengan yang terjadi dengan kasus tarif. Namun, berbeda dengan tarif, subsidi
ekspor memperburuk nilai tukar perdagangan (terms of trade)
karena menurunkan harga ekspor di pasaran luar negeri dari Pw ke
P*s. Hal ini menyebabkan tambahan kerugian nilai
tukar perdagangan sebesar e + f + g, yang sama dengan PW –
P*S dikalikan jumlah ekspor yang disubsidi. Dengan
demikian subsidi ekspor ternyata mengakibatkan biaya lebih besar dari
manfaatnya.
Gambar
9-11 Perbedaan subsidi ekspor
harga,P S
Ps
Pw a b c d a + b + c : produsen gain
Ps* e f g a + b : consumen loss
D b+c+d+d+e+f+g : biaya subsidi
pemerintah
Kuantitas Q
eksport
TEORI
PEMBATASAN IMPOR
Pembatasan
impor (import quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang
yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan
lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Misalnya, Amerika
Serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan-perusahaan dagang tertentu yang
diijinkan mengimpor keju, masing-masing yang diberikan jatah untuk mengimpor
sejumlah tertentu setiap tahun, tak boleh melebihi jumlah maksimal yang telah
ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan didasarkan pada jumlah keju
yang diimpor tahun-tahun sebelumnya. Dalam beberapa kasus yang menonjol,
terutama gula dan pakaian, hak menjual di Amerika Serikat diberikan langsung
kepada pemerintah-pemerintah negara pengekspor.
Kerancuan yang paling pentinguntuk
dihindari dalam memahami pembatasan import adalah pandangan bahwa kuota pasti
membatasi import tanpa meningkatkan harga domestik. Pembatasan import selalu
meningkatkan harga barang yang diimport dipasar dalam negeri. Jika import
dibatasi, akibat langsungnya adalah bahwa pada tingkat harga semula (sebelum
ada pembatasan) permintaan untuk barang yang bersangkutan lebih besar dari
penawaran domestik pluss import. Keadaan ini menyebabkan harga lebih tinggi
sampai keseimbangan baru tercapai. Akhirnya, pembatasan import akan meningkatkan
harga didalam negeri yang besarnya sama dengan tarif yang menurunkan import
ketingkatan yang sama (kecuali dalam kasus monopoli didalam negeri, dimana
pembatasan menyebabkan kenaikan harga yang lebihkan tarif besar lagi; lihat
lampiran bab ini).
Perbedaan dari dampak kuota dan
tarif adalah bahwa dengan kuota pemerintah tak memperoleh pendapatan. Jika
pemerintah memilih untuk memberlakukan kuota dan bukan tarif untuk membatasi
import, besarnya pendapatan yang akan diperoleh dengan mengenakan tarif dapat
diperoleh dengan memungutnya dengan siapa saja yang menerima lisensi import.
Pemegang lisensi dapat mengimport dan menjualnya didalam negeri dengan harga
yang lebih tinggi. Keuntungan yang diperoleh pemegang lisensi dikenal sebagai
rente pembatasan (quotq rents). Dalam menghitung biaya dan manfaat dari
pembatasan import, masalah utamanya adalah menentukan siapa yang memperoleh
keuntungan (rents). Jika hak menjual dipasaran dalam negeri diberikan kepada
pemerintah negara pengekspor, seperti sering terjadi, alih keuntungan ke luar
negeri menyebabkan biaya kuota secara nyata lebih besar dibandingkan dengan
kasus tarif yang sepadan.
PENGEKANGAN
EKSPOR SUKARELA
Bentuk lain pada kuota impor adalah pembatasan ekspor
sukarela (VER), juga dikenal sebagai menahan diri sukarela perjanjian (VRA).
(Selamat datang di dunia birokrasi kebijakan perdagangan, di mana semuanya
memiliki simbol tiga huruf) VER adalah kuota pada perdagangan dipaksakan dari Mengekspor
sisi negara bukan importir. Contoh yang paling terkenal adalah pembatasan pada
ekspor mobil ke Amerika Serikat ditegakkan oleh Jepang setelah 1981.
Pembatasan
ekspor sukarela umumnya dikenakan atas permintaan importir dan
disetujui oleh para eksportir untuk mencegah pembatasan perdagangan lainnya. Sebagaimana akan kita lihat di Bab 9, keuntungan politik dan hukum tertentu telah membuat instrumen Vers disukai perdagangan kebijakan dalam beberapa tahun terakhir. Dari sudut pandang ekonomi, bagaimanapun, ekspor sukarela menahan diri adalah persis seperti kuota impor dimana lisensi ditugaskan untuk pemerintah asing dan karena itu sangat mahal untuk negara pengimpor.
disetujui oleh para eksportir untuk mencegah pembatasan perdagangan lainnya. Sebagaimana akan kita lihat di Bab 9, keuntungan politik dan hukum tertentu telah membuat instrumen Vers disukai perdagangan kebijakan dalam beberapa tahun terakhir. Dari sudut pandang ekonomi, bagaimanapun, ekspor sukarela menahan diri adalah persis seperti kuota impor dimana lisensi ditugaskan untuk pemerintah asing dan karena itu sangat mahal untuk negara pengimpor.
VER adalah
selalu lebih mahal untuk negara pengimpor dari tarif yang membatasi impor oleh jumlah
yang sama. Perbedaannya adalah bahwa apa yang akan menjadi pendapatan di bawah
tarif menjadi sewa yang diterima oleh orang asing di bawah VER, sehingga VER
jelas menghasilkan kerugian untuk negara pengimpor.
Sebuah studi tentang efek dari tiga pengekangan-di
ekspor utama sukarela AS tekstil dan pakaian, baja, dan mobil-menemukan bahwa
sekitar dua pertiga dari biaya untuk konsumen pembatasan ini dicatat dengan
harga sewa yang diterima oleh foreigners.
Gambar 9-12
Harga P
harga pendukung a a, b,
c, d = biaya subsidi pemerintah
b c
harga dunia d
D
Quantity, Q eksport
Gambar 9-13 Pembatasan import gula di Amerika
Serikat
Harga, P(cent/poun)
harga dlm U.S (21,8) f + g + h + i + j : consumen loss
h f : produsen gain
harga dunia+tarif(17,8) F G i : pendapatan pemerintah
harga dunia (15,0) i j
S D
l l
l l Quantitas, Q (miliaran pounds)
6,14 12,10 18,06 19,18
PERSYARATAN KANDUNGAN LOKAL
Persyaratan kandungan lokal (local content requirement) merupakan
pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik,
seperti quota impor minyak AS di tahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan
di tetapkan dalam nilai, yang mensyaratkan pangsa minimum tertentu dalam harga
barang berawal dari nilai tambah Domestik. Ketentuan kandungan lokal telah
digunakan secara luas oleh negara kepada pengolahan bahan-bahan antara yang
mengalihkan basis manufakturnya dari perakitan (intermediate goods). Di
Amerika Serikat, rancangan undang-undang kandungan lokal untuk kendaraan
bermotor diajukan tahun 1982 tetapi hingga kini belum diberlakukan.
Hal yang penting
adalah bahwa persyaratan kandungan lokal tidak menghasilkan pemerintah baik pendapatan
atau kuota sewa. Sebaliknya, perbedaan antara harga impor dan
barang-barang domestik pada dasarnya akan rata-rata dalam harga akhir dan diteruskan kepada konsumen.Sebuah inovasi menarik dalam peraturan muatan lokal adalah untuk memungkinkan perusahaan untuk memenuhi mereka lokal konten persyaratan dengan mengekspor daripada menggunakan bagian-bagian di dalam negeri. ini memiliki menjadi penting dalam beberapa kasus: Sebagai contoh, perusahaan otomotif AS yang beroperasi di Meksiko memiliki memilih untuk mengekspor beberapa komponen dari Meksiko ke Amerika Serikat, meskipun mereka komponen dapat diproduksi di Amerika Serikat lebih murah, karena ini memungkinkan mereka untuk menggunakan konten kurang Meksiko dalam memproduksi mobil di Meksiko untuk pasar Meksiko.
barang-barang domestik pada dasarnya akan rata-rata dalam harga akhir dan diteruskan kepada konsumen.Sebuah inovasi menarik dalam peraturan muatan lokal adalah untuk memungkinkan perusahaan untuk memenuhi mereka lokal konten persyaratan dengan mengekspor daripada menggunakan bagian-bagian di dalam negeri. ini memiliki menjadi penting dalam beberapa kasus: Sebagai contoh, perusahaan otomotif AS yang beroperasi di Meksiko memiliki memilih untuk mengekspor beberapa komponen dari Meksiko ke Amerika Serikat, meskipun mereka komponen dapat diproduksi di Amerika Serikat lebih murah, karena ini memungkinkan mereka untuk menggunakan konten kurang Meksiko dalam memproduksi mobil di Meksiko untuk pasar Meksiko.
PERANGKAT KEBIJAKAN
PERDAGANGAN LAINNYA
Ada banyak cara lain di mana pemerintah mempengaruhi perdagangan. Kita daftar beberapa dari mereka sebentar. Yaitu:
1. Ekspor subsidi kredit. Ini seperti sebuah subsidi ekspor kecuali bahwa dibutuhkan
bentuk pinjaman bersubsidi kepada pembeli. Amerika Serikat, seperti kebanyakan negara, memiliki instansi pemerintah, Bank Ekspor-Impor, yang dikhususkan untuk menyediakan setidaknya sedikit disubsidi pinjaman kepada exptries bantuan. Seperti perjanjian multilateral menahan diri sukarela yang dikenal dengan lain tiga huruf singkatan sebagai omas, untuk perjanjian pemasaran tertib memberikan pijaman-pinjaman yang disubsidi untuk membantu ekspor.
2.
Pengadaan Pemerintah (national procurement). Pembelian-pembelian oleh
pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang iatur secara ketat dapat diarahkan
pada barang-barang yang diimport. Contoh yang klasik adalah industri
telekomunikasi Eropa. Negara-negara Masyarakat Eropa pada dasarnya bebas
berdagang satu sama lain. Namun, pembeli-pembeli utama dari peralatan
telekomunikasi adalah perusahaan telepon dan di Eropa perusahaan-perusahaan ini
hingga kini dimiliki pemerintah. Perusahaan telepon milik perusahaan ini
membeli dari pemasok domestik meskipun jika para pemasok tersebut mengenakan
harga yang lebih tinggi dibandingkan daripada pemasok di negara-negara lain.
Akibatnya adalah hanya sedikit perdagangan peralatan telekomunikasi Eropa.
3.
Hambatan-hambatan birokrasi (rent-tape barriers). Terkadang pemeritah
ingin membatasi import tanpa melakukannya secara formal. Untungnya atau
sayangnya, begitu mudah untuk membelitkan standart kesehatan, keamanan dan
prosedur pabean sedemikian rupa sehingga merupakan perintang dalam
perdagangan.Contoh klasiknya adalah surat keputusan Pemerintah Perancis tahun
1982 yang mengharuskan seluruh alat perekam kaset video Jepang melalui jawatan
pabean yang kecil di Poitiers yang secara efektif membatasi realisasi sampai
jumlah yang relatif amat sedikit.
Komentar
Posting Komentar